Jepang Krisis Pangan, Mentan Bersyukur Produksi Beras Indonesia Pecahkan Rekor
SinPo.id - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengaku bersyukur, Indonesia kokoh menjaga ketahanan pangan dengan menorehkan rekor cadangan beras pemerintah (CBP) tertinggi sepanjang sejarah.
Hal itu merespons kejadian Menteri Pertanian Jepang, Taku Eto, mengundurkan diri dari jabatannya imbas krisis beras dan ketidakpuasan publik terhadap penanganan pemerintahan Negara Sakura atas lonjakan harga beras.
"Produksi kita saat ini baik dan CBP kita terbesar sepanjang sejarah. Kita optimis target 4 juta ton cadangan beras segera tercapai," kata Amran dalam keterangannya, Kamis, 22 Mei 2025.
Menurut Amran, persoalan pangan bukanlah masalah yang bisa disepelekan. Sebab, ketahanan pangan erat kaitannya dengan ketahanan suatu bangsa. Tidak jarang, ketika pangan bermasalah, sebuah negara itu akan bermasalah.
"Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia dan seluruh stakeholder terkait harus selalu bersinergi untuk memastikan produksi kita baik, stok kita kuat, dan masyarakat tersenyum," ucapnya.
Amran menerangkan, pebagai langkah strategis telah dijalankan untuk memastikan peningkatan produksi beras, mulai dari optimalisasi lahan hingga cetak sawah untuk pangan masa depan.
Selain itu, berbagai regulasi dan kebijakan juga diperkuat untuk mendukung sektor pertanian. Baik peningkatan volume pupuk subsidi, kemudahan pupuk subsidi bagi petani, hingga penyesuaian harga pembelian pemerintah (HPP) beras.
Kinerja pemerintah, termasuk sektor pertanian tersebut mendapatkan penilaian positif dari masyarakat. Berdasarkan hasil survei opini publik yang dilakukan Litbang Kompas, 4-10 Januari 2025, mayoritas masyarakat mengungkapkan apresiasi mereka terhadap kinerja pemerintahan saat ini.
Lalu, sebanyak 80,9 persen responden yang tersebar di 38 provinsi negeri ini menyatakan puas terhadap kinerja pemerintah
Ke depan, Kementan akan terus memperkuat strategi untuk mendukung swasembada beras dan komoditas utama lainnya, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani sebagai garda terdepan ketahanan pangan nasional.
"Insya Allah pangan Indonesia semakin kokoh dan swasembada beras bukan lagi sekadar mimpi," tukasnya.
Sebagai informasi, Jepang saat ini menghadapi krisis beras dan peningkatan harga beras imbas gelombang panas ekstrem yang merusak panen. Untuk kemasan 5 kilogram, rata-rata harga beras di supermarket mencapai 4.268 yen atau sekitar Rp484 ribu.
Di tengah situasi itu, Menteri Pertanian Jepang, Taku Eto bergurau soal "tidak pernah membeli beras" yang dianggap tidak peka dan menyulut ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan Perdana Menteri Shigeru Ishiba.
Survei opini Kyodo News menunjukkan tingkat dukungan terhadap PM Ishiba turun ke titik terendah yaitu hanya 27,4 persen. Hampir sembilan dari sepuluh responden menyatakan tidak puas terhadap penanganan pemerintah atas lonjakan harga beras.
PM Ishiba akhirnya menerima surat pengunduran diri Eto dan menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada masyarakat. Sebagai langkah cepat, PM Ishiba segera menunjuk Shinjiro Koizumi untuk menggantikan posisi Eto.
Menurut Amran, fenomena di Jepang itu menunjukkan bahwa pangan adalah isu strategis yang menyentuh langsung kehidupan rakyat. Di tengah tantangan pangan global, masyarakat menaruh harapan besar pada pemerintah untuk hadir, bersikap, dan memberikan solusi yang konkret.
Sementara Jepang tengah berupaya menstabilkan kembali sektor pangannya, Indonesia berada dalam kondisi yang lebih baik. Sektor pertanian Indonesia khususnya komoditas beras menunjukkan ketahanan yang kuat. Saat ini, cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai rekor tertinggi yakni menembus 3,84 juta ton hanya dalam kurun waktu kurang dari 5 bulan.
Amran menyampaikan, berdasarkan laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat United States Department of Agriculture (USDA) Rice Outlook April 2025, produksi beras Indonesia diproyeksi menyentuh angka 34,6 juta ton, tumbuh 4,8 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya.
Amran menambahkan, peningkatan jumlah itu menempatkan Indonesia di atas negara-negara ASEAN lainnya dalam produksi beras. Lonjakan produksi beras tahun ini juga berhasil membalikkan kondisi Indonesia yang sebelumnya sempat melakukan impor.
