Perang Dagang AS-China Reda, Airlangga: Ini Baru Periode Sementara

Laporan: Tio Pirnando
Jumat, 16 Mei 2025 | 07:16 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (SinPo.id/dok. Ekon)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (SinPo.id/dok. Ekon)

SinPo.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, turunnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China selama 90 hari, belum bisa dianggap sebagai meredanya ketegangan dagang. Kendati  pasar bereaksi positif, pemerintah tidak bisa langsung mengambil kesimpulan karena sifatnya masih temporer.

"Market bereaksi positif, tapi kan kita tidak bisa mengambil kesimpulan, karena ini baru periode sementara," kata Airlangga di Jakarta, Kamis, 15 Mei 2025. 

Namun, Airlangga memastikan, pemerintah akan mencermati dengan seksama, serta mengambil langkah sebagai peluang strategi negosiasi Indonesia dengan AS dari menurunnya tensi perang dagang tesebut. Dimana, Indonesia akan mempersiapkan komoditas strategis yang diperlukan dalam negosiasi. 

"Kan 90 hari ke depan (AS) dengan China pause. Jadi kita memanfaatkan waktu itu untuk bernegosiasi dengan Amerika," ucapnya. 

Diketahui, AS dan China mencapai kesepakatan untuk melakukan pelonggaran tarif secara signifikan selama 90 hari. setelah negosiasi intensif akhir pekan di Jenewa, Swis.

Kedua negara akan memangkas bea masuk atas produk masing-masing secara drastis. AS akan menurunkan tarif atas barang-barang asal China dari 145 persen menjadi 30 persen, sementara China membalas menurunkan tarif produk AS dari 125 persen menjadi 10 persen paling lambat 14 Mei.

Meskipun bersifat sementara, kesepakatan itu menjadi langkah paling signifikan dalam upaya meredakan ketegangan dagang selama beberapa tahun terakhir, sekaligus memberi angin segar bagi pasar global yang selama ini dihantui ketidakpastian.

Adapun, tarif tinggi AS sebesar 32 persen terhadap produk-produk Indonesia, sedang dalam negosiasi agar turun. Indonesia berharap dapat kemudahan seperti China (30 persen), dan Inggris yang turun menjadi 10 persen. 

"Kita kan sedang bernegosiasi dengan Amerika. Jadi kita tunggu saja proses negosiasi itu," tukasnya. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI