Dedi Mulyadi Ingin Siswa Bermasalah Dididik di Barak Militer: Akan Bahas dengan Mendikdasmen

Laporan: Tim Redaksi
Jumat, 09 Mei 2025 | 04:56 WIB
Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi

SinPo.id -  Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berencana membahas program pendidikan karakter berbasis barak militer bagi siswa bermasalah dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti. Program ini dinilai sebagai solusi jangka pendek bagi remaja yang mengalami krisis disiplin.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan bahwa dirinya akan berdiskusi dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengenai pendidikan karakter berbasis barak militer bagi siswa-siswa bermasalah tingkat SMP dan SMA sederajat.

“Ya, setelah ini kami akan juga menyampaikan,” kata Dedi usai bertemu Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai di Kantor Kemenkumham, Jakarta, Kamis 8 Mei 2025.

Menurut Dedi, banyak remaja di Jawa Barat mengalami persoalan kedisiplinan yang tidak bisa diatasi oleh orang tua maupun pihak sekolah. Salah satu permasalahan yang paling menonjol adalah kebiasaan begadang karena kecanduan game daring, yang membuat mereka bolos sekolah.

Selain itu, ia juga menyoroti dampak negatif media sosial yang memicu aksi tawuran dan pertengkaran terorganisir di kalangan remaja, serta akses mudah terhadap minuman keras dan obat-obatan terlarang.

“Problem ini tidak bisa diselesaikan di sekolah dan keluarga, serta tidak semua bisa ditangani lewat peradilan anak. Maka kami perlu solusi jangka pendek melalui pendidikan disiplin di barak militer,” ujar Dedi.

Dedi menilai TNI sebagai institusi yang tepat untuk melaksanakan program ini karena memiliki pengalaman dalam pendidikan disiplin, baik untuk militer maupun sipil. Ia menegaskan bahwa program ini tidak melanggar hak anak, karena disusun dengan pendekatan edukatif dan melibatkan tim pendamping, termasuk psikolog, dokter, dan guru agama.

Selama di barak, siswa tetap akan mengikuti pelajaran formal dan terhubung dengan sekolah induknya. Program ini berlangsung selama sekitar 28 hari dan hanya dilakukan atas persetujuan orang tua.

“Mereka belajar, ikut ujian, dan tetap menjadi siswa aktif. Di barak, mereka bangun pagi, beraktivitas positif, dan mendapat lingkungan yang lebih baik dibandingkan rumah atau sekolah asalnya,” tambah Dedi.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI