Lewat Sistem Terpadu, PMI Tak Lagi Ribet Urus Sertifikasi-Vokasi dan Penempatan
SinPo.id - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, menekankan pentingnya peran kemnteriannya dalam memberikan pelindungan menyeluruh kepada pekerja migran Indonesia (PMI). Mulai dari tahap pra-penempatan, masa bekerja di luar negeri, hingga pemberdayaan pasca-penempatan.
"Kementerian ini diharapkan mengurus secara total, dari hulu ke hilir. Mulai pra-penempatan, termasuk sertifikasi, hingga penempatan dan purna penempatan, termasuk keluarga para PMI," ujar Karding dalam pertemuan dengan Forum Pekerja Domestik Bersatu di Kantor KP2MI, Jakarta Selatan, Rabu, 7 Mei 2025.
Menurut Karding, perlu juga penguatan koordinasi dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) agar proses sertifikasi calon pekerja migran berjalan lebih optimal dan terintegrasi dengan sistem informasi milik KP2MI.
"Dalam rangka menjamin mutu sertifikasi, kami akan mengeluarkan regulasi yang mengatur konsolidasi LSP. Saat ini, LSP dan sistem P2MI belum sepenuhnya terhubung dengan SiskoP2MI. Dulu terintegrasi, sekarang akan kami bangun kembali integrasinya," jelas dia.
Sebagai bentuk konkret, KP2MI akan memfasilitasi pelaksanaan uji kompetensi di daerah-daerah kantong PMI. Karding menegaskan, pihaknya akan memperkuat ekosistem sertifikasi, termasuk peningkatan kualitas asesor dan penyediaan Tempat Uji Kompetensi (TUK) di wilayah-wilayah tersebut.
"KP2MI akan membantu pengembangan sumber daya untuk sertifikasi, termasuk asesor. Kita ingin memastikan ekosistem sertifikasi ini berjalan dengan baik," tegasnya.
Sementara itu, Direktur LSP Pekerja Domestik Nusantara, Nurul Indah Susanti, melaporkan bahwa pihaknya telah menerbitkan 88.457 sertifikat sepanjang 2024 dengan dukungan dari 273 asesor di 18 LSP.
Namun, Nurul mengeluhkan sejumlah kendala yang kerap dihadapi di lapangan. Salah satunya permintaan uji kompetensi yang seringkali datang secara mendadak dari Lembaga Pelatihan Kerja (LPK).
"Kadang dari LPK minta mendadak. Seharusnya minimal tiga hari sebelumnya. Bahkan, ada yang minta uji kompetensi dilakukan keesokan harinya. Ini menyulitkan," ujar Nurul.
Selain itu, pihaknya juga menghadapi tantangan dalam proses penerjemahan sertifikat ke dalam bahasa Inggris yang kerap ditolak oleh TETO.
Menanggapi hal itu, Karding berjanji akan membentuk sistem terpadu yang mampu menghubungkan pelatihan vokasi, sertifikasi, dan penempatan tenaga kerja secara efisien.
"Lewat sistem kerja dan model kolaborasi yang kami bangun, kami ingin menciptakan ekosistem yang sehat untuk vokasi dan sertifikasi pekerja migran," kata Karding.

