AHY: Indonesia Harus jadi Pemersatu Bangsa

Laporan: Juven Martua Sitompul
Minggu, 13 April 2025 | 13:34 WIB
Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (SinPo.id/Setpres)
Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (SinPo.id/Setpres)

SinPo.id - Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menekankan Indonesia harus menjadi pemersatu bagi negara-negara dunia yang semakin terfragmentasi karena kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Ini disampaikannya saat membuka diskusi panel yang diselenggarakan TYI di Jakarta, Minggu, 13 April 2025. AHY mengatakan dampak kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait dengan kenaikan tarif impor bukan hanya mengguncang sistem perdagangan, melainkan berpotensi mengganggu stabilitas keamanan dunia.

AHY menyatakan bahwa Asia Pasifik akan menjadi panggung utama dalam dinamika global terkini. Ketika kekuatan besar saling mencurigai, bangsa Indonesia harus membangun kepercayaan. Begitu pula, Ketika dunia mengedepankan kepentingan sempit, Indonesia harus menawarkan kerja sama luas.

"Inilah jalan menuju masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan," kata AHY saat membuka diskusi yang bertajuk 'Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global'.

Ketua Umum Partai Dekokrat ini juga menyebutkan ada dua kemungkinan yang bisa terjadi setelah adanya kebijakan AS, yakni negara-negara akan tunduk kepada dominasi ekonomi AS, atau negara-negara memilih untuk berhadapan dengan AS dengan menciptakan aliansi-aliansi baru.

Jika negara-negara memilih untuk berhadapan, AHY menilai dunia akan terdorong ke arah fragmentasi blok ekonomi politik baru. Aliansi-aliansi yang baru itu, bisa berkembang menjadi kutub kekuatan yang saling bersaing, tidak hanya perdagangan, tetapi juga pengaruh militer.

"Polarisasi ini bisa memperparah konflik regional yang ada," kata Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan itu.

Maka dari itu, AHY mengapresiasi dan mendukung langkah Presiden RI Prabowo Subianto yang mengirim diplomat ke Washington, D.C., Amerika Serikat, untuk berdialog mengenai kebijakan Trump itu, sekaligus membangun komunikasi dengan pemimpin-pemimpin negara di ASEAN.

"Ini wajah diplomasi adaptif, diplomasi yang tidak reaktif, tetapi juga tidak pasif," katanya.

Untuk itu, dia mengajak agar Indonesia menjadi jembatan mengubah krisis menjadi peluang. Momentum ini bisa mendorong transformasi ekonomi dengan mempercepat hilirisasi dan digitalisasi hingga mewujudkan ekonomi hijau sekaligus ekonomi terbarukan.

"Ketika ketakutan menyebar, mari kita hadirkan harapan. Dunia tidak hanya butuh pemimpin yang kuat, tetapi juga pemimpin yang bisa menyatukan," kata AHY.

"Mari kita bergerak bersama, bukan hanya untuk bertahan pada zaman yang terus berubah, melainkan untuk membentuk zaman itu sendiri," timpalnya.

Dalam acara diskusi itu, hadir presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), ekonom senior Chatib Basri, Wakil Menteri Luar Negeri Armanatha Nasir, hingga Mantan Menko Perekonomian Chairul Tanjung.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI