Kisah Nabi Musa AS, dari Kecil hingga Dewasa

Laporan: Sigit Nuryadin
Jumat, 21 Maret 2025 | 13:38 WIB
Ilustrasi (Sinpo.id/Askislam)
Ilustrasi (Sinpo.id/Askislam)

SinPo.id - Nabi Musa merupakan salah satu yang paling sering diceritakan dalam Al-Quran. Sebagai salah satu rasul ulul azmi, Nabi Musa diberikan banyak mukjizat oleh Allah, termasuk tongkat yang bisa berubah menjadi ular dan kemampuan untuk membelah lautan. 

Nabi Musa lahir di Mesir pada masa kepemimpinan Raja Firaun yang kejam. Firaun, yang merasa terancam dengan ramalan bahwa seorang anak laki-laki dari Bani Israil akan menghancurkan Mesir, memerintahkan pembunuhan terhadap semua anak laki-laki Bani Israil. 

Ibu Nabi Musa, Yukaibid, yang khawatir akan keselamatan anaknya, melahirkan Musa secara tersembunyi dan meletakkannya dalam peti yang dihanyutkan ke sungai.

Peti tersebut ditemukan oleh istri Firaun, Siti Asiyah, yang kemudian memutuskan untuk merawat bayi Musa.

Keajaiban terjadi ketika Siti Asiyah mencari seorang ibu untuk menyusui Musa. Ibu kandung Musa, Yukaibid, yang mendengar kabar tersebut, tidak hanya mendapat pekerjaan sebagai penyusu, tetapi juga dapat menjaga anaknya tanpa takut dibunuh oleh pasukan Firaun. Ini merupakan mukjizat yang membuktikan kuasa Allah.

Setelah dewasa, Nabi Musa meninggalkan istana Firaun karena keselamatannya terancam. Di luar istana, ia bertemu dua gadis yang kesulitan mengambil air untuk ternak mereka.

Musa membantu mereka dan akhirnya bertemu dengan Nabi Syuaib, yang menawarinya untuk menikahi putrinya dan tinggal di Madyan selama sepuluh tahun.

Setelah beberapa tahun di Madyan, Nabi Musa merasa terpanggil untuk kembali ke Mesir dan membebaskan kaumnya, Bani Israil, dari penindasan Firaun.

Di Bukit Thursina, Musa menerima wahyu langsung dari Allah, termasuk mukjizat tongkat yang dapat berubah menjadi ular. Kembali ke Mesir, Nabi Musa mengajak Firaun untuk beriman kepada Allah, namun Firaun tetap menolak.

Ketika Firaun memanggil tukang sihir untuk melawan Musa, mukjizat Musa mengalahkan para penyihir, banyak dari mereka yang akhirnya beriman.

Kisah Nabi Musa berlanjut dengan peristiwa pembelahan Laut Merah. Firaun yang marah mengejar Nabi Musa dan pengikutnya dengan pasukan yang besar.

Namun, dengan perintah Allah, Musa memukulkan tongkatnya ke laut, dan laut pun terbelah, memungkinkan Musa dan kaumnya melintas.

Ketika pasukan Firaun mengikuti mereka, laut kembali tertutup dan menenggelamkan Firaun beserta pengikutnya.

Dalam perjalanannya, Nabi Musa bertemu dengan Nabi Khidir yang lebih bijaksana. Nabi Khidir melakukan beberapa hal yang tidak dapat dipahami oleh Musa, seperti melubangi perahu dan membunuh seorang anak. 

Namun, setelah dijelaskan, Musa mengerti bahwa tindakan tersebut dilakukan demi kebaikan yang lebih besar.

Setelah banyak perjuangan, Nabi Musa akhirnya wafat setelah usianya mencapai 120 tahun.

Ia wafat di Gunung Nebu, dekat Baitul Maqdis. Sebelum wafat, Nabi Musa ingin segera bertemu dengan Allah dan memilih untuk meninggalkan dunia.

Nabi Musa diberi beberapa mukjizat sebagai bukti kekuasaan Allah. Di antaranya adalah tongkat yang bisa berubah menjadi ular, tangan yang memancarkan sinar, serta kemampuan untuk mendatangkan angin topan, serbuan belalang, dan banjir yang merusak Mesir.

Dari kisah Nabi Musa, kita belajar banyak hikmah, salah satunya adalah pentingnya menjauhi kesombongan dan berbuat baik kepada sesama.

Nabi Musa mengajarkan kita tentang keteguhan hati, sabar dalam menghadapi ujian, serta pentingnya rendah hati meskipun dikaruniai banyak kelebihan.

Demikianlah kisah Nabi Musa, yang bisa menjadi teladan bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI