Minggu, 16 Maret 2025
JADWAL SALAT & IMSAKIAH
Imsak
04:30
Subuh
04:40
Zuhur
12:01
Ashar
15:11
Magrib
18:05
Isya
19:14

Belum Terintegrasi, Penanggulangan Banjir Jabodetabek Sebaiknya Dikelola Satu Lembaga

Laporan: Tio Pirnando
Sabtu, 08 Maret 2025 | 15:58 WIB
Pantauan udara kondisi banjir di Kota Bekasi (SinPo.id/ Dok. BNPB)
Pantauan udara kondisi banjir di Kota Bekasi (SinPo.id/ Dok. BNPB)

SinPo.id - Peneliti Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) Budi Heru Santoso menilai, program penanggulangan banjir wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) masih bersifat parsial dan belum terintegrasi. Akibatnya, ketika terjadi peningkatan debit air di wilayah hulu sungai, maka banjir di sepanjang aliran sungai yang menuju wilayah Jabodetabek tidak terhindarkan. 

"Dengan kondisi geografis yang ada sekarang banjir adalah keniscayaan. Banjir bukan sekadar bencana tahunan, melainkan fenomena yang terus berulang di wilayah rawan. Karena itu perlu keberanian Pemerintah menegakkan aturan penggunaan tata ruang yang berpotensi menimbulkan banjir," kata Budi di Jakarta, Sabtu, 8 Maret 2025. 

Menurut Budi, pemerintah sudah saatnya menunjuk satu lembaga yang bertugas mengelola program penanggulangan banjir secara khusus. Sebab, banjir yang terjadi di wilayah Jabodetabek sudah rutin dan menimbulkan kerugian material yang sangat besar. 

Apalagi, persoalan banjir saat ini sudah semakin rumit karena menyangkut banyak hal. Karena, banjir bukan lagi sebatas isu lingkungan hidup melainkan sudah menjadi isu politik, ekonomi dan sosial di masyarakat. Sehingga penanganannya harus dilakukan secara terintegrasi.

Lebih lanjut, Peneliti BRIN ini menyarankan pemerintah  menggandeng semua pihak mengatasi masalah ini secara bersama. Dan, harus ada lembaga yang mengontrol pelaksanaan tugas masing-masing pihak tersebut. 

Budi menjelaskan, dalam Permendagri 101/2018 telah menetapkan bahwa pemerintah daerah wajib menyediakan data risiko bencana, termasuk peta rawan banjir dan sistem peringatan dini, agar masyarakat dapat bersiap dan merespons secara cepat. 

"Pemerintah pusat dan daerah, komunitas, dunia usaha, serta media massa harus terlibat aktif tidak hanya dalam tanggap darurat, tetapi juga dalam perencanaan, pencegahan, dan kesiapsiagaan. Selain itu Pemerintah perlu membangun empati dan keterlibatan masyarakat untuk mendapatkan solusi yang dapat diimplementasikan dengan efektif," ujarnya. 

Ia menegaskan, negara harus hadir mengatasi masalah ini. Perlindungan akibat dampak banjir harus bersifat struktural dan non-struktural. 

"Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, tetapi harus menggandeng seluruh elemen bangsa dalam sistem kolaboratif berbasis data dan sains," tukasnya.

BERITALAINNYA