Spanduk 'Boyolali Bermartabat Prabowo Psikopat' Bukti Pilpres Dipenuhi Kampanye Ujaran Kebencian?

Jakarta, sinpo.id – Direktur Eksekutif Bimata Politica Indonesia (BPI) Panji Nugraha mengatakan, aksi massa memprotes soal guyonan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang dihadiri Bupati Boyolali Seno Samodro menjadi perhatian publik. Pasalnya, publik menilai aksi Boyolali Bermartabat tersebut saat kental nuansa politisasi.
“Bagaimana tidak menjurus kepada politisasi dari statement Bupati Boyolali yang menyerukan tidak memilih capres nomor urut 02 saja sudah jelas jika itu adalah politik praktis karena ada ajakan untuk tidak memilih salah satu calon tertentu, Bawaslu wajib turun tangan karena ada unsur tindak pidana pemilu yang dilanggar," tutur Panji.
Panji menambahkan, sangat disayangkan seharusnya ajang Pilpres 2019 ini adalah ajang bagi para timses masing-masing capres menawarkan gagasan dan solusi untuk Indonesia ke depan, bukan menawarkan kebencian dan cara-cara tidak beradab untuk menjatuhkan kompetitor politik. Seperti aksi Boyolali Bermartabat justru ada spanduk yang provokatif dan bisa dikatakan menjurus fitnah serta ujaran kebencian yang bertuliskan “Boyolali Bermartabat Prabowo Psikopat”.
“Wajar akhirnya publik berkesimpulan aksi Boyolali yang diramaikan oleh Bupati tersebut merupakan aksi politisasi, karena publik sudah cerdas dan bisa menilai dengan obyektif ketika Seno Samodro terpilih menjadi Bupati di usung oleh PDIP dan spanduk provokati tersebut justru akan menjadi dasar rakyat untuk berpikir berkali-kali memilih Jokowi jika cara kerja timsesnya hanya menyebarkan isu-isu yang tidak bermartabat untuk mendiskreditkan capres lawannya, ingat public perlu solusi bukan narasi yang menakut-nakuti rakyat agar tak memilih karena jika Pilpres 2019 hanya untuk dijadikan ajang fitnah dan ujaran kebencian demokrasi Indonesia tidak akan pernah menuju ke level yang lebih baik ketika timses saling serang ujaran kebencian bukan menawarkan gagasan," tutup Panji.