Pimpinan MPR Yakin Perguruan Tinggi Tak Cari Kesempatan dalam Mengelola Tambang

Laporan: Juven Martua Sitompul
Rabu, 29 Januari 2025 | 16:52 WIB
Ilustrasi. (SinPo.id/Pixabay)
Ilustrasi. (SinPo.id/Pixabay)

SinPo.id - Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno meyakini perguruan tinggi tidak akan mencari kesempatan dalam mengelola lahan dan usaha tambang. Keberadaan kampus diperlukan karena pengelolaan tambang membutuhkan keahlian, portofolio, pengalaman dan modal yang besar.

Apalagi, kata Eddy, untuk memenuhi persyaratan mengelola tambang perguruan tinggi harus bekerja sama dengan pihak ketiga yang memiliki kemampuan dan pengalaman mengelola tambang batu bara. Sehingga, pada titik itu mencari partner yang sesuai dan mampu bersinergi dengan perguruan tinggi juga membutuhkan proses dan belum tentu bisa terjalin dengan cepat.

"Ibaratnya mencari jodoh itu tidak bisa diburu-buru, apalagi dipaksakan," kata Eddy dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 29 Januari 2025.

Selain itu, dia meyakini civitas academica di perguruan tinggi yang terbiasa mengambil keputusan secara ilmiah akan mempertimbangkan secara hati-hati dengan berdasarkan pada kajian mendalam.

"Kita paham bahwa perguruan tinggi berisikan para akademisi yang terbiasa melakukan analisis secara scientific, berbasis data dan rasionalitas yang tinggi. Sehingga menurut saya belum tentu mereka langsung memutuskan mengambil keputusan mengelola pertambangan," ujar Eddy.

"Apalagi jika kajian akademik yang dilakukan mengenai usaha pengelolaan tambang batu bara ini ternyata menurut mereka berpotensi menjauhkan perguruan tinggi dari tujuan utama pendiriannya yaitu sebagai pilar pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan," timpal dia.

Legislator dari Fraksi PAN itu menilai banyak perguruan tinggi di Indonesia yang telah berdiri puluhan bahkan ada yang lebih dari 100 tahun dan mereka memiliki kredibilitas dan kewibawaan akademik yang tinggi. Oleh karena itu, perguruan tinggi akan berpikir ulang untuk masuk ke sektor usaha tambang apabila pengelolaan tambang ini berpotensi meruntuhkan reputasi yang telah dibangun sekian lama.

Misalnya, akibat pengelolaan yang tidak ramah lingkungan, permasalahan sosial atau pemilihan mitra tambang yang tidak bertanggung jawab.

Dia juga mengakui perguruan tinggi memerlukan sumber dana yang tidak kecil untuk bisa senantiasa meningkatkan kualitas dan fasilitas pendidikannya.

Terlebih, jika kita mengejar target Indonesia Maju tahun 2045, kita membutuhkan banyak world class universities sehingga peluang pengelolaan tambang ini dapat menjadi salah satu solusi untuk mendanai berbagai kegiatan dan pengembangan kampus ke depan.

"Namun saya juga meyakini, bahwa perguruan tinggi akan berpikir dan menimbang dengan sangat cermat dan penuh kehati-hatian sebelum masuk ke sektor baru yang sangat berbeda dengan dunia pendidikan ini," tegas dia.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI