Legislator Dorong Investasi Pembangunan Infrastruktur yang Menyerap Kelebihan Semen Domestik
SinPo.id - Anggota Komisi VII DPR Novita Hardini berharap adanya peningkatan investasi untuk pembangunan infrastruktur yang mampu mendorong penyerapan kapasitas produksi semen domestik. Penggunaan semen domestik yang melimpah di Tanah Air sekaligus membuka peluang lapangan kerja baru.
Menurut dia, sektor semen hingga kini belum sepenuhnya terintegrasi ke dalam sistem hilirisasi. Sehingga, ekspor produk semen masih berupa bahan mentah.
Terobosan-terobosan strategis di sektor tersebut menjadi sangat penting guna mendorong tercapainya Asta Cita dengan pertumbuhan ekonomi 8 persen.
"Saat ini, over kapasitas produksi semen sehingga menyebabkan penjualan semen dengan harga murah menjadi tantangan besar bagi industri ini. Tanpa hilirisasi yang jelas, kontribusi sektor semen terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi tidak mampu berkembang, lantas bagaimana industri ini dapat berkontribusi dalam peningkatan PDB," kata Novita dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 24 Januari 2025.
Legislator dari Fraksi PDI Perjuangan itu menyebut perlu adanya komitmen dan terobosan dari pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen. Kedua hal itu dibutuhkan guna menumbuhkan sektor manufaktur yang berkelanjutan dan tidak prematur.
Dengan anggaran yang terbatas, Novita menekankan perlunya alternatif pendanaan lain untuk mendukung program pengembangan industri, pendidikan vokasi, dan pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM). Sehingga, mampu mendorong kualitas pertumbuhan manufaktur-manufaktur di daerah.
Dia tak menampik bahwa anggaran yang berkurang memang menjadi tantangan. Namun, solusi seperti kolaborasi lintas sektor atau pendanaan alternatif perlu dicari untuk memastikan hilirisasi tetap berjalan dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Untuk itu, Novita berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian lebih pada penguatan hilirisasi dan pengembangan industri yang berkelanjutan. Dengan begitu, kata dia, pertumbuhan ekonomi yang inklusif dapat terwujud.
Novita menekankan penguatan hilirisasi industri dan pemberdayaan sektor manufaktur masih menjadi tantangan besar untuk mencapai target potensi pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen.
Selain itu, dia menyebutkan terdapat penurunan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB dari 22 persen menjadi 21 persen sejak 2022.
"Hal ini mengindikasikan perlunya langkah konkret untuk mendorong utilitas sektor manufaktur agar dapat kembali menjadi motor penggerak ekonomi," katanya.