GENCATAN SENJATA HAMAS-ISRAEL

Apresiasi Gencatan Senjata, Menlu: Perdamaian Palestina Dimungkinkan Jika Merdeka

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 16 Januari 2025 | 16:05 WIB
Menteri Luar Negeri RI Sugiono (SinPo.id/ Dok. Kemlu)
Menteri Luar Negeri RI Sugiono (SinPo.id/ Dok. Kemlu)

SinPo.id - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono berharap, kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel, dapat menjadi momentum mewujudkan perdamaian dan kemerdekaan bagi negara Palestina. Karena, perdamaian hanya dimungkinkan bila Palestina berdaulat. 

Hal itu disampaikan Sugiono merespons pengumuman kesepakatan gencatan senjata Hamas dan Israel pada Rabu, 15 Januari 2025, di Doha, Qatar, yang mencakup pembebasan tawanan dari kedua belah pihak. Kesepakatan ini dimediasi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar.

"Kita harapkan gencatan senjata ini bisa menjadi momentum mendorong perdamaian di Palestina. Saya tegaskan juga bahwa perdamaian tersebut hanya dimungkinkan, jika Palestina telah merdeka dan berdaulat, sesuai dengan solusi dua negara yang telah disepakati masyarakat internasional," kata Sugiono dalam keterangannya, Kamis, 16 Januari 2025. 

Sugiono menjelaskan, kekejaman Israel di telah memakan korban puluhan ribu nyawa warga Palestina. "Ini bukan statistik semata, setiap angka adalah nyawa manusia," tegas Sugiono. 

Menurut dia, langah penting berikutnya setelah adalah memastikan kesepakatan tersebut dilaksanakan segera dan secara komprehensif, untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak. 

"Indonesia apresiasi kesepakatan gencatan senjata, sesuai dengan yang selama ini terus kita dorong bersama dengan masyarakat internasional," tuturnya. 

Indonesia, lanjut Sugiono, siap berkontribusi dalam upaya pemulihan kehidupan bermasyarakat di Gaza. Baik melalui bantuan kemanusiaan, dukungan terhadap peran UNRWA (badan PBB untuk pengungsi Palestina), ataupun upaya rekonstruksi Gaza.

Sebagai informasi, Hamas dan Israel sepakat  melaksanakan gencatan senjata di Gaza, Palestina, yang akan berlangsung dalam tiga tahap. 

Tahap pertama dimulai pada Minggu,  19 Januari 2025, hingga enam bulan ke depan. Tahap ini dibuka negosiasi untuk mengakhiri perang, mengembalikan tawanan, dan memberikan bantuan kemanusiaan di wilayah Gaza.

Tahap kedua berfokus pada negosiasi yang diperkirakan akan dimulai pada minggu ketiga setelah gencatan senjata digelar. 

Tahap ini adalah tahap krusial karena akan ada aksi penarikan pasukan Israel dari Gaza. Setelah tahap kedua terpenuhi, tahap ketiga, yaitu pemulangan sandera dan pembangunan kembali Gaza selama 5 tahun ke depan yang diharapkan akan diawasi langsung oleh organisasi internasional.

Kesepakatan ini juga diharapkan mampu meredakan ketegangan di Timur Tengah yang dipicu konflik di Gaza, kemudian menyulut Tepi Barat yang diduduki Israel, Lebanon, Suriah, Yaman dan Iran, hingga menimbulkan kekhawatiran perang Israel dengan Iran.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI