Taman Jakarta Dibuka 24 Jam, DPRD: Hati-hati Jadi 'Sarang' LGBT dan Miras

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 12 Januari 2025 | 17:16 WIB
Taman Situ Lembang Jakarta Pusat (SinPo.id/ Tio Pirnando)
Taman Situ Lembang Jakarta Pusat (SinPo.id/ Tio Pirnando)

SinPo.id - Anggota DPRD DKI Jakarta, Muhammad Taufik Zoelkifli menilai, akan ada dampak positif dan negatif jika operasional taman di Jakarta dibuka hingga 24 jam. Dampak negatifnya dikhawatirkan dijadikan tempat aktivitas yang melanggar norma. 

Hal itu disampaikan Taufik merespons rencana Gubernur terpilih Pramono Anung ingin membuka 24 jam beberapa taman besar di Jakarta. Alasannya, demi memberikan akses lebih luas kepada warga Jakarta, terutama mereka yang ingin menikmati fasilitas taman di malam hari.

"Memang dikhawatirkan menjadi tempat melakukan perbuatan-perbuatan di luar norma agama dan budaya, seperti pacaran yang kelewat batas dan tentu saja miras, kemudian LGBT, tawuran, dan seterusnya," kata Taufik saat dihubungi SinPo.id, Minggu, 12 Januari 2025. 

Taufik mengaku tak ingin peristiwa di Hutan Kota Cawang yang tahun lalu terungkap diduga menjadi tempat kumpul LBGT, lantas menyasar ke taman-taman besar lainnya bila dibuka hingga 24 jam. Meskipun dilengkapi CCTV, dijaga Satpol PP maupun Sekuriti, hal itu tidak akan efektif bertugas selama 24 jam. Terlebih jika sekuriti yang berjaga hanya 2-3 orang. 

"Karena dua atau setahun lalu ada masalah di (Hutan Kota) Cawang, ketika ada sebuah taman dipakai untuk LGBT. Jadi banyak disitu diketahui secara umum, mohon maaf, laki-laki dengan laki-laki janjian di sana, melakukan kegiatan-kegiatan di luar batas yang tidak semestinya, kegiatan seksual yang menyimpang," kata Taufik mengingatkan. 

Dampak negatif lainnya, berpotensi dijadikan tempat minum-minuman keras. Jika sudah dipengaruhi miras, lanjut Taufik, maka akan berbuat macam-macam. 

Sedangkan dampak positifnya adalah menjadi tempat warga untuk beristirahat ketika pulang dari kantor, melepas penat, termasuk dijadikan tempat menggelar rapat-rapat terbuka oleh sebuah kantor. 

Karena, banyak kejadian, ketika seseorang pulang dari kerja sekitar pukul lima sore, dan ingin istirahat sejenak, kerap kali taman-taman sudah banyak yang tutup. 

"Jadi dampak positifnya, kalau dia masih buka bisa istirahat, misalnya di taman itu ada Mushala nya juga, jadi bisa Salat atau kemudian bisa melakukan meeting-meeting di outdor tambahan mungkin dari kantor sambil santai," tutur Taufik. 

Kendati demikian, Taufik memberikan solusi, operasional taman mencontohkan mal-mal. Jadi tidak harus buka 24 jam. 

"Jalan tengahnya saya kira tidak perlu sampai 24 jam, sampe tengah malam gitu, tapi seperti mal-mal aja ya. Jam 10 (malam) udah tutup. Nanti jam 5 atau jam 6 (pagi) buka kembali. Jadi di jam-jam yang rawan yaitu jam 10-12 (malam) sampai subuh ya harus ditutup," kata Taufik. 

Di sisi lain, Taufik kembali mengingatkan bahwa pengawasannya memang harus ditingkatkan semaksimal mungkin. 

"Di tutup nya harus benar-benar di diperhatikan juga ya harus di gembok sehingga tidak bisa orang masuk, susah juga seperti itu. Karena ada kekhawatiran juga kalau malam-malam di tutup, tapi orang masih bisa masuk, ya gelap-gelapan mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak semestinya, seperti yang pernah terjadi di sekitar Cawang," tukasnya. 

Sebelumnya, Gubernur Jakarta terpilih, Pramono Anung, berencana membuat taman kota di Jakarta buka hingga malam hari. Hal ini akan menjadi prioritasnya dalam 100 hari kerja.

"Saya akan memprioritaskan seperti yang saya sampaikan untuk taman yang selama ini hanya buka sampai jam 6 sore, akan kami, di beberapa taman yang utama, yang besar akan kami buka 24 (jam)," kata Pram  usai menghadiri upacara pengukuhan doktoral di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Sabtu kemarin. 

Menurut Pram, taman dibuka hingga malam agar bisa menjadi opsi tempat bagi masyarakat untuk melepas penat setelah lelah seharian bekerja.

Namun, kebijakan itu hanya akan berlaku pada taman kota bukan tempat wisata yang memiliki taman, seperti Monas.

"Misalnya taman yang ada di Tebet. Itu yang saya alami sendiri, pada waktu itu saya lagi sosialisasi, jam setengah 6 sudah disuruh berhenti, tutup. Padahal itu kan taman yang bisa orang setelah pulang kerja bisa melakukan healing di sana, mereka bisa bersilaturahmi, menerima tamu di sana. Pokoknya intinya akan kami buat menjadi menarik," kata Pram. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI