Pemerintah Putuskan Setop Impor Beras-Jagung hingga Gula pada 2025
SinPo.id - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengungkapkan, pemerintah sudah memutuskan, tahun depan, Indonesia tidak melakukan impor pada empat item bahan pokok, diantaranya beras. Sebab, Presiden Prabowo Subianto sudah menargetkan agar Indonesia swasembada pangan pada 2027.
"Kami sudah memutuskan, tahun depan kami tidak impor beras lagi. Pada 2024, impornya 3,6 juta ton. Bayangkan, tahun depan kita berani dulu tidak impor beras lagi. Sudah putus, Pak, nggak impor lagi," kata Zulhas dalam pembukaan Munas Dekopin di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Jumat, 27 Desember 2024.
Selain beras, pemerintah juga memutuskan tidak lagi mengimpor jagung, garam, hingga gula konsumsi.
Zulhas menjelaskan, Indonesia berusaha sebisa mungkin harus menumbuhkan semangat tak bergantung pada negara lain. Hal ini bagian dari impian Prabowo untuk menjadi negara maju pada 2045.
Namun, apabila impor harus dilakukan demi memenuhi ketersediaan, Zulhas berharap tidak dikritik.
"Jadi, sudah 4 item. Semangatnya begini, Pak. Jadi besok kalau terpaksa, jangan saya dimarahi. Kita semangatnya, kita bisa dulu. Kita bekerja keras dulu. Kerja habis-habisan dulu. Nanti, kalau sudah 6 bulan kurang, baru kita pikirin," ujar Zulhas.
Menurut Zulhas, jumlah impor hasil pertanian yang dilakukan Indonesia selama puluhan tahun yaitu sebesar 32 juta ton.
"Kita ini impor hasil pertanian berapa 32 juta ton. Besar sekali. Selama 28 tahun. Dikit-dikit kita impor," ucapnya.
Bahkan, sambung Zulhas, saat dirinya menjadi menteri perdagangan kerap disindiir sebagai 'menteri tukang impor'. Padahal, Mendag hanya menjalankan tugas, dan yang memutuskan impor atau tidak adalah rapat Menko ataupun Rapar Terbatas (Ratas) yang dipimpin langsung oleh presiden,
"Nah sekarang saya jadi Menko nya. Alhamdulillah. Saya sudah memutuskan pak. Karena rupanya yang memutuskan impor-imporan ini Menko. Nah sekarang saya Menko nya. Kita tidak impor," kata Zulhas.
Ia berharap, dengan setop impor, lapangan pekerja terbuka masif, roda ekonomi, dan semangat bekerja masyarakat semakin bertumbuh ke depan. Karena, pemerintah tak ingin masyarakat bergantung pada bantuan sosial berupa uang tunai. Sebab, tidak baik untuk menanggulangi kekurangan pangan.
"Filosofinya, Pak. Kalau semua kita secara mudah, ah sudah lah. Kalau orang susah, kalau kita nggak punya, kita impor aja. Impor aja. Nah, nanti kalau rakyat susah, sudah kasih. Kita kasih aja bansos. Kasih bansos. Kasih uang Rp 600 ribu. Iya kan, Pak? Kasih bansos. Kasih Rp 600 ribu. Apa yang terjadi? Nah, rakyat kita kan males," kata Zulhas.
"Dapat uang Rp600 ribu. Ngimpi jadi orang kaya. Ikut judol. Iya kan? Nah, filosofinya, Pak. Mendingan kita kasih kerja. Betul nggak? Ya, makanya kooperasi-kooperasi ini daerah-daerah harus tumbuh. Kita biar rakyat kita kerja, Pak. Bekerja. Dan rakyat itu rajin. Mereka pekerja keras," tukasnya.