Uskup Agung Jakarta Ingatkan Bahaya Pinjol-Judol: Hancurkan Keluarga
SinPo.id - Uskup Agung Gereja Katedral Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, mengingatkan umat akan bahaya judi online (judol) dan pinjaman online (pinjol). Karena, saat ini banyak keluarga hancur akibat praktik tersebut.
"Kita sering mendengar keluarga yang hancur karena judi online atau pinjaman online. Itu kan karena apa? Diiming-imingi seperti di iklan, mau kaya tapi ndak bisa, lalu pinjam," kata Suharyo dalam konferensi pers di Gedung Katedral, Jakarta Pusat, Rabu, 25 Desember 2024.
Menurut Suharyo, peristiwa itu dapat diatasi dengan mudah, jika setiap manusia memiliki keberpihakan terhadap martabat manusia dari kalangan bawah.
"Itu kan sebetulnya, dibalik itu atau peristiwa-peristiwa seperti itu, dapat dengan mudah ditempatkan di dalam perjuangan keberpihakan terhadap martabat manusia, misalnya. Yang kedua, kebaikan bersama," ujarnya.
Suharyo lantas mengingatkan cita-cita dari kemerdekaan Indonesia, yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 dan sila ke-5 Pancasila. Yaitu keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.
"Itulah cita-cita kemerdekaan kita, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita bisa mengecek situasi masyarakat kita, negara kita, apakah benar ini kebaikan bersama, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?" tanya Suharyo.
Ia juga berharap agar lembaga-lembaga negara menjauhi praktik suap hingga korupsi. Harapannya agar kebaikan serta keadilan dapat dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat.
"Ketika lembaga-lembaga yang semestinya memperjuangkan kebaikan bersama, orang-orangnya, tentu tidak semua, terlibat di dalam korupsi, terlibat di dalam suap dan sebagainya," sesal Suharyo.
Leih lanjut, Suharyo juga menyoroti nilai kesetiakawanan yang mulai memudar di tengah masyarakat. Contohnya, angka stunting atau tengkes yang sulit diturunkan, namun di saat bersamaan jumlah sampah sisa makanan meningkat.
"Apakah betul kita itu merawat dan mengembangkan watak kesetiakawanan? Kalau saya ambil saja contoh yang selalu saya sampaikan kepada umat, angka tengkes itu susah sekali dikurangi. Sementara sampah makanan yang dibuang itu semakin tahun, semakin tinggi. Apakah itu namanya solidaritas?" ungkapnya.