Menteri Agama Tawarkan Gagasan untuk Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 15 Desember 2024 | 14:30 WIB
Menteri Agama Nasaruddin Umar. (SinPo.id/dok. Kemenag)
Menteri Agama Nasaruddin Umar. (SinPo.id/dok. Kemenag)

SinPo.id - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menilai saat ini berbagai peraturan yang ada belum dapat menurunkan kasus korupsi di Indonesia. Karenanya, ia menawarkan sejumlah gagasan untuk pemberantasan korupsi.

"Saya akan mencoba untuk memperkenalkan, bagaimana kalau kita menggunakan bahasa agama untuk menyentuh hati dan batin masyarakat kembali pada keluhuran fitrah kita sendiri," kata Nasaruddin dalam keterangannya, Minggu, 14 Desember 2024. 

Nasaruddin berhipotesis bahwa semakin dekat umat dengan ajaran agamanya, pasti semakin aman negeri ini. Tapi semakin berjarak umat dengan ajaran agamanya, pasti risikonya banyak sekali.

"Karena itu, tantangan kita juga sekarang ini adalah bagaimana mengartikulasikan agama di dalam kehidupan sehari-hari," tuturnya.

Selain itu, lanjut Nasaruddin, perlu menjadikan korupsi sebagai musuh bersama. "Kita perlu satu bahasa. Bagaimana menjadikan korupsi sebagai suatu kejahatan publik, kejahatan massif dan menjadi satu hal yang perlu kita musuhi bersama," ungkapnya.

Ia mencontohkan bagaimana misalnya menyikapi gratifikasi. Gratifikasi yang bukan hanya bentuknya benda, tapi menjanjikan pejabat dengan seorang perempuan kalau ingin dimenangkan tendernya. 

"Jangan-jangan itu juga ada dalam masyarakat kita. Kalau ini semuanya terjadi, (misalnya) mestinya jembatan bisa dipakai 50 tahun, tapi kok robohnya saat baru 5 tahun. Kenapa? Karena ada korupsi di situ," ucapnya.

Untuk itu, Nasaruddin menilai, pentingnya bahasa agama. "Siapa tahu bahasa agama ini mampu meredam dan mengeliminir korupsi. Saya insya Allah akan melibatkan tokoh agama apapun juga," kata Menag Nasaruddin menambahkan.

Selanjutnya, agar gagasan pemberantasan korupsi dengan bahasa agama ini mewujud, Nasaruddin mengaku memulainya dari Kementerian Agama.

"Nah, mungkin lebih praktis, kami tentu harus memulai (pemberantasan korupsi) dari institusi kami di Kementerian Agama," paparnya.

Ia mencontohkan terkait perjalanan dinas. Kemenag memiliki sekitar 82 perguruan tinggi negeri. Hampir setiap minggu ada seminar nasional atau internasional yang dilakukan oleh para rektor dan saling mengundang satu dengan yang lain.

"Kalau kita memenuhi undangan itu semua, jangan-jangan para rektor itu tidak pernah berkantor di kantornya. Karena setiap hari ada seminar nasional dan internasional di provinsi masing-masing. Habis tuh (untuk) biaya pesawat, anggarannya," ungkapnya.

Karenanya, Nasaruddin lalu mengeluarkan keputusan, agar berbagai pertemuan tersebut termasuk Raker dan seminar dilaksanakan secara daring.

"Ternyata lebih positif. Jadi pertemuan kami di Kementerian Agama, para eselon I, para Kakanwil, dan juga para Rektor. Masya Allah saya sangat bangga dengan Rektor-rektor kami dan para Kakanwil karena terjadi perubahan yang sangat drastis. Mereka mengerti dengan apa yang kami isyaratkan," sambungnya.

Hasil nyata pun mulai terasa. Sebulan sejak ia memimpin Kemenag, sekitar 50 persen anggaran perjalanan dinas pun berhasil ditekan. 

"Kami jumlahkan baru sebulan menjadi Menteri, kami sudah berhasil menekan biaya perjalanan dinas itu lebih dari 50 persen,"ucapnya.

Menag juga mengaku tertarik dengan pesan Presiden Prabowo bahwa kalau penghematan ini dilakukan di Indonesia, bisa mencegah segala macam bentuk korupsi. "Maka kita bisa save sampai 40 persen. Bayangkan selama ini 40 persen itu ke mana? Hanya dinikmati oleh segelintir orang," kata dia. 

Gagasan berikutnya, kata Nasarudin, ialah kesadaran menikmati sesuatu sesuai hak yang dimiliki, serta membantu seseorang untuk dapat hidup tenang dan damai.

"Mungkin kita punya istana, mobil mewah, tapi kita duduk di kursi roda. Kenapa? Stroke. Kenapa Stroke? Stress. Kenapa stress? Dikejar-kejar. Kenapa dikejar-kejar? Terlalu banyak barang haram yang melekat dalam dirinya sendirimJadi tidak berkah. Gubuk tapi isinya surga itu lebih baik dari pada surga tapi isinya gubuk. Ini yang kita harapkan, hidup ini berkah," kata dia.

Terakhir, Menag mengungkapkan bahwa pemberantasan korupsi memerlukan keteladanan. "Keteladanan ini juga mahal. Bagaimana melaksanakan apa yang kita katakan. Jangan kita hanya pintar bicara tetapi tidak ada buktinya yang kita lakukan. Nah ini juga tantangan. Kita memang bukan malaikat, tapi jangan menjadi iblis," tegasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI