IPIC Minta Pengawasan Senjata Api di Polri Tak Hanya Formalitas

Laporan: Tim Redaksi
Senin, 02 Desember 2024 | 10:33 WIB
Ilustrasi penembakan.(Shutterstock)
Ilustrasi penembakan.(Shutterstock)

SinPo.id - Peristiwa penembakan yang melibatkan oknum anggota Polri menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. Sejumlah masyarakat meminta agar kasus penembakan terhadap warga sipil di Semarang, Jawa Tengah hingga dan insiden antaranggota Polri di Solok Selatan, Sumatera Barat menjadi momentum evaluasi menyeluruh prosedur penggunaan senjata api (senpi) di tubuh Polri.

Direktur Eksekutif Indonesia Police Investigation and Control (IPIC), Rangga Afianto, menilai akar permasalahan terletak pada mekanisme pemberian dan pengawasan senpi.

"Instrumen tes psikologi untuk izin senpi harus dikaji ulang. Apakah sudah tepat sasaran atau belum? Pengawasan berkala juga harus dilakukan secara efektif, bukan formalitas," ujar Rangga dalam keterangan persnya pada Senin, 2  Desember 2024.

Rangga menyoroti peran penting Biro Psikologi Polri dalam memastikan kelayakan psikologis anggota yang dibekali senpi. Menurutnya, tes psikologi yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan tugas, bukan disamakan dengan tes untuk keperluan lain, seperti pembinaan sekolah atau jabatan.

Senada, Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Rano Alfath, menyampaikan komisinya akan memanggil Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri serta Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia.

"Pemeriksaan psikologi harus dilakukan secara berkala. Apa yang sehat hari ini belum tentu sehat besok," katanya.

Terpisah, Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman, menambahkan pentingnya audit reguler penggunaan senpi.

"Kondisi psikologis anggota bisa berubah. Hari ini mereka layak memegang senpi, tapi tahun depan bisa saja tidak. Evaluasi berkala mutlak diperlukan," jelasnya.

Sementara itu, Komisioner Kompolnas Choirul Anam menyatakan penggunaan senjata di Polri perlu dievaluasi. Menurutnya, dua hal yang perlu menjadi fokus dalam evaluasi yakni pengendalian senpi serta pengendalian pemegang senpi.

"Walau ada pola yang kurang lebih sama, misal terkait penggunaan senjata tapi masing-masing kasus punya logika peristiwa yang berbeda-beda. Oleh karenanya penting untuk melihat anatomi peristiwa dari satu-satu," katanya.

"Penggunaan senjata penting untuk dievaluasi ulang. Satu, pengendalian senjata dan pengendalian yang pegang senjata," kata Anam.

Dia menjelaskan, hal yang perlu dievaluasi dalam hal ini ialah terkait waktu dan jenis senpi yang dipegang oleh setiap anggota Polri.

"Dalam konteks tertentu apakah perlu bawa senjata atau tidak, kalau perlu apakah senjata liitle weapon atau non little weapon, nah itu dilihat secara jelas," tuturnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI