Singgung FMC, Firnando Tunggu Strategi Telkom Indonesia Hadapi Kompleksitas Integrasi Teknologi
SinPo.id - Anggota Komisi VI DPR RI Firnando H Ganinduto menilai langkah Telkom Indonesia yang mengitegrasikan IndiHome ke anak usaha Telkomsel sudah tepat. Apalagi, integrasi antara layanan jaringan kabel (fixed) dan jaringan seluler (mobile) atau disebut Fixed Mobile Convergence (FMC) dapat menciptakan pengalaman bagi pengguna.
Ini disampaikan Firnando dalam rapat kerja Komisi VI DPR bersama Telkom Indonesia. Rapat beragendakan perkenalan mitra kerja, evaluasi kinerja tahun 2024, hingga rencana kerja korporasi untuk tahun 2025.
"Penambahan layanan digital, product mobile dan fixed bundle, smart home solutions, entertainment content yang terintegrasi dan juga IoT (Internet of Things) untuk meningkatkan nilai tambah bagi pelanggan," kata Firnando dalam rapat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 12 November 2024.
Legislator dari Fraksi Partai Golkar itu mencontohkan beberapa operator global yang berhasil menerapkan FMC, seperti Orange Prancis, Vodafone Spain, SK Telecom Korea Selatan atau Singtel yang kebetulan juga sebagai pemegang saham Telkomsel.
Menurutnya, operator itu berhasil meningkatkan kepuasan pelanggan, efisiensi operasional, diferensiasi layanan. Sehingga, dapat meningkatkan loyalitas dan ARPU (Average Revenue per user) dan juga ARPA (Average revenue per account).
"Saya rasa hal ini merupakah suatu strategi tepat Telkom Indonesia, karena menyatukan bisnis Fixed dan Mobile menjadi satu sehingga menjadikan Telkomsel sebagai operator FMC (Fixed Mobile Convergence) terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara," kata Firnando.
Di sisi lain, Firnando mengungkapkan jika FMC memerlukan biaya investasi infrastruktur yang besar baik Capex maupun Opex. Terutama, dalam penyebaran jaringan fiber untuk layanan fixed broadband dan mobile broadband 4G maupun 5G.
Selain itu, kata dia, layanan FMC membutuhkan integrasi antara jaringan fixed dan mobile yang memerlukan teknologi dan sistem manajemen yang advanced. Integrasi ini sering kali melibatkan penggabungan beberapa platform, billing system, dan juga network equipment.
Atas hal tersebut, Firnando pun menantikan strategi Telkom Indonesia dan Telkomsel dalam menghadapi tantangan terkait biaya investasi atau investment cost yang besar untuk infrastruktur dan juga kompleksitas dalam integrasi teknologi.
"Termasuk billing system dan hal lainnya seperti yang saya sebutkan sebelumnya sehingga bisa meningkatkan revenue dan mempercepat pengembalian investasi atau Return on Investment (ROI)?" kata Firnando.
Dalam rapat itu, Dirut Telkom Indonesia Ririek Adriansyah memaparkan capaian kerja perusahaan di hadapan Komisi VI DPR RI. Salah satu yang dipaparkan ialah capaian pendapatan usaha Telkom Indonesia yang naik dari Rp111,2 triliun pada 2023 menjadi Rp112,2 triliun pada 2024.