Projo: Budi Arie Justru Korban Pengkhianatan Pegawai Komdigi
SinPo.id - Sekretaris Jenderal Relawan Pro Jokowi (Projo) Handoko memastikan, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi, sama sekali tidak terlibat dalam kasus judi online yang menyeret 11 pegawai Komdigi.
Menurut Handoko, Menteri Koperasi itu justru menjadi korban pengkhianatan para anak buahnya di Komdigi (dulu Komdigi) yang tidak mematuhi perintah pemberantasan judol.
"Menteri Budi Arie justru menjadi korban pengkhianatan yang dilakukan pegawai Komdigi. 'T' pun ternyata 'bermain' tanpa sepengetahuan Direktur, Dirjen Aptika apalagi Menteri. Perintah untuk menumpas judol tidak dilaksanakan, malah mereka tergoda bersekongkol dengan bandar judol," kata Handoko saat dikonfirmasi SinPo.id, Sabtu, 9 November 2024.
Handoko menerangkan, saat Presiden ke-7 RI Joko Widodo mengangkat Budi Arie Setiadi sebagai Menkominfo, pada 17 Juli 2023, ia diberi tugas utama antara lain penyelesaian proyek mangkrak BTS 4G dan pemberantasan judol sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kominfo.
Dalam pemberantasan judol di ranah digital, Kominfo membutuhkan sumber daya di bawah Direktorat Pengendalian Ditjen Aptika, dalam jumlah yang memadai, termasuk integritasnya.
"Ketika mulai bertugas pada 17 Juli 2023, Budi Arie mendapati kekurangan kuantitas dan kualitas (termasuk dugaan pihak- pihak di dalam Kominfo yg diduga terlibat melindungi judi online). Sehingga beberapa orang di rotasi tugasnya," kata Handoko.
Menurut Handoko, jumlah personil untuk mengawasi dan melakukan take down situs-situs judol sangat terbatas. Bahkan, hingga kini soal SDM masih jauh dari ideal, karena keterbatasan alokasi anggaran.
Untuk mengatasi kekurangan SDM, kemudian dilakukanlah rekrutmen petugas-petugas di bawah Direktur Pengendalian. Mereka diambil dari non pegawai Kominfo. Dimana, puluhan calon diseleksi oleh Direktorat Pengendalian.
"Tim awalnya hanya mampu melakukan takedown 10.000 situs per hari. Jelas jauh dari memadai untuk memenuhi target pemberantasan judi online," kata dia.
Dalam masa rekrutmen ini, ujar Handoko, beberapa pihak banyak yang mengajukan diri. "Saudara T menawarkan beberapa orang yang disebutnya sebagai hacker-hacker muda NKRI yang merah putih. Muncullah AK melalui T sebagai salah satu tenaga muda anti judol. Saudara AK memperlihatkan kemampuan sistem dan mesinnya bisa men-take down 50.000 sampai 100.000 per hari. Sebenarnya ada beberapa nama lagi yang masuk tapi belakangan mereka mundur," ungkapnya.
Handoko, Ketua umun Projo itu tentu menerima usulan dari berbagai pihak yang pro pemberantasan judol.
"Sudara AK bukan tidak diterima di Kominfo, tapi karena dia lulusan SMK, sehingga menjadi sulit untuk menetapkan penggajian nya," ucap dia.
Sedangkan T dikenal oleh Budi Arie sebagai aktivis politik dan dekat dengan Menhub. "Tidak ada kerjasama apapun sebelumnya. T kemudian masuk Timses resmi Ganjar Mahfud dan Pramono-Rano, Calon Kepala Daerah Jakarta dari PDI Perjuangan sebagai Ketua Bidang Konten Sosmed," kata dia.
Ia menyampaikan, seluruh proses rekrutmen berikut administrasi ditangani Direktorat Pengendalian, termasukMenter Budi Arie memutuskan untuk menerima AK. Sebab, AK mengklaim mempunyai skill IT mumpuni.
"Di mana dalam dunia IT, sudah umum bahwa ijazah terkadang bukan menjadi hal yang utama," bebernya.
Adapun tenaga pengawasan dan penindakan (take down) bekerja dan diawasi di bawah Direktorat Pengendalian, bukan di bawah Menkominfo Budi Arie.
Kemudian, T dan AK serta sejumlah PNS Kominfo diketahui menjadi operator bandar judol. Mereka bahkan bekerja di kantor satelit di Bekasi untuk melindungi 1.000 situs judol dari take down Kominfo (kini Komdigi).
Karena itu, tegas Handoko, tak ada kaitan aktivitas mereka melindungi situs judol dengan Budi Arie. Sebab, Budi Arie selama 15 bulan menjadi Menkominfo konsisten memberantas judol sesuai kewenangannya.
"Tidak ada perintah baik lisan atau tertulis dari Menkominfo Budi Arie untuk melindungi Situs Judi Online. Jangankan melindungi 1000 situs judol bahkan 1 situs pun tidak ada, apalagi aliran dana," tegasnya.
Handoko menyayangkan, nama Budi Arie dikait-kaitkan dan diframing dengan aktivitas 'haram' T yang sebenarnya jauh panggang dari api.
"Masyarakat dan media diharapkan fokus untuk memantau penangkapan Bandar Besar Judi Online seperti Perintah Presiden Prabowo agar tak terkecoh isu dan framing pasca penangkapan 'Kroco- kroco' pegawai Komdigi," tukasnya.