Warga Gaza Berharap Hasil Pemilu Amerika Serikat Dapat Mengakhiri Perang
SinPo.id - Warga Gaza menyuarakan kekhawatiran mereka menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat. Mereka berharap hasil pemilu dapat mengakhiri konflik yang sedang berlangsung di wilayah kantong Palestina itu.
Ikram Al Hamm, yang diwawancarai kantor berita Reuters, pada Senin, 4 November 2024, di tengah-tengah reruntuhan rumahnya yang hancur oleh serangan Israel di Khan Younis, Gaza selatan, berharap presiden Amerika Serikat yang berikutnya akan menegakkan gencatan senjata dan mengakhiri perang.
“Saya berharap presiden yang akan datang tidak melakukan kejahatan seperti yang dilakukan Biden bersama Israel,” kata Al Hamm.
Sementara Oumm Hashim al Bahabsa, yang mengungsi dari Rafah dan telah berkali-kali berpindah tempat, menceritakan penderitaan yang tak berkesudahan di Gaza, di mana para penduduknya berharap dapat mengakhiri itu semua.
“Kami meminta siapa pun yang memenangkan pemilu di Amerika Serikat untuk menghentikan perang terhadap rakyat Palestina. Hanya itu permintaan kami,” ungkapnya.
Sejumlah warga lain menyuarakan rasa frustrasi mereka terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat dan kemungkinan hasil pemilu: “Presiden sebelum dan sesudah ini sama saja – mereka akan memimpin untuk membuat kehancuran,” kata Gazan Khalil Al Laham.
Mantan Presiden Donald Trump berhadapan dengan Wakil Presiden Kamala Harris dalam pemilihan presiden Amerika Serikat pada 5 November.
Dalam isu kebijakan luar negeri, Harris diperkirakan akan tetap berpegang pada kebijakan Biden dalam berbagai isu utama. Ia telah menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, tapi pada saat yang sama juga mengambil sikap keras terhadap Hamas, dengan menyatakan bahwa kelompok militan itu harus “dimusnahkan,” dan tetap berkomitmen pada kebijakan Amerika Serikat untuk mempersenjatai Israel.
Di sisi lain, Trump mengatakan dirinya akan melarang pemukiman kembali para pengungsi yang berada dari daerah yang “dipenuhi teror” seperti Gaza, serta menangkap “preman pro-Hamas” yang terlibat dalam aksi vandalism, yang tampaknya merujuk pada para mahasiswa pengunjuk rasa.
Banyak warga Amerika keturunan Arab dan Muslim, demikian juga aktivis antiperang, yang mengutuk dukungan Amerika Serikat kepada Israel di tengah kematian puluhan ribu warga sipil di Gaza dan Lebanon, serta mendorong jutaan orang untuk mengungsi.