Pemerintah Didorong Perjuangkan Ki Hajar Dewantara Dapat Nobel
SinPo.id - Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI periode 2019-2024 Putu Supadma Rudana menilai Ki Hajar Dewantara patut mendapatkan nobel. Gagasan pendidikan dari Ki Hajar Dewantara bahkan harus sampai ke dunia internasional.
"Mereka harus tahu ada sosok Ki Hajar Dewantara yang seharusnya mendapatkan nobel, ini tanggung jawab kita. Kita belum pernah mendapatkan penghargaan nobel itu, bangsa lain banyak. Tapi sosok yang harus diperjuangkan agar mendapatkan nobel dunia dari Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara," kata Putu dalam keterangannya, Jakarta, Sabtu, 5 Oktober 2024.
Putu menerangkan jika kriteria Ki Hajar Dewandara untuk meraih penghargaan dunia itu cukup besar. Sayangnya, kata dia, kekuatan Indonesia untuk mendorong hal itu belum cukup.
"Kita punya mimpi ada sosok bangsa mendapatkan nobel prize, hal ini untuk duduk dan sejajar dengan bangsa lain. Jadi harus kita pastikan untuk diperjuangkan, Ki Hajar Dewantara berhak untuk mendapatkan nobel di tingkat dunia," kata Putu.
Putu yang juga Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) itu menyebut gagasan besar Ki Hajar Dewantara yang telah membangun Taman Siswa pada 3 Juli 1922 adalah satu institusi atau lembaga pendidikan yang secara komprehensif memberikan pendidikan berkebudayaan secara holistik.
Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama National Onderwijs Institut Taman Siswa, yang merupakan realisasi gagasan Dewantara bersama-sama dengan teman di Paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di Balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Hal itu juga pernah disampaikan Putu di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta pada 28 September 2024. UST berdiri tahun 1955 dan memiliki komitmen dalam pengembangan Catur Dharmya Perguruan Tinggi dan mengembangkan ajaran Kemandirian, Kemerdekaan dan Kebangsaan sesuai cita-cita pendiri UST, yaitu Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara.
"Afirmasinya jelas, tidak boleh ada kasta di dunia pendidikan, semua harus sama mendapatkan hak. Saya sebut di sini, pendidikan adalah hak asasi manusia yang harus dipenuhi oleh negara dan pendidikan tidak hanya mengejar semata angka-angka, tapi mampu membangun jiwa komprehensif yang luar biasa," ucapnya.
Meski penting, Putu menekankan jika pendidikan juga harus cerdas secara emosional dan spiritual. Untuk itu, dia menilai sosok Ki Hajar Dewantara sangat tepat menjadi rujukan dalam pendidikan.
"Mungkin kita pernah mendengar dari motivator ya, IQ, EQ, SQ. Ini sudah ada dari dulu Ki Hajar Dewantara, jadi rujuklah ke Ki Hajar Dewatara. Tamansiswa sudah punya dari dulu hal ini, bahwa kecerdasan itu tidak cukup dengan intelektual, harus emosional juga, harus spiritual," tegas Putu.