Kemenhub Ungkap Tiket Mahal karena Jumlah Pesawat Kurang

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 03 Oktober 2024 | 14:32 WIB
Ilustrasi pesawat parkir di bandara. (SinPo.id/dok. Kemenhub)
Ilustrasi pesawat parkir di bandara. (SinPo.id/dok. Kemenhub)

SinPo.id - Juru Bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Adita Irawati mengatakan, penyebab mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia, karena kurangnya jumlah armada di tengah tingginya permintaan pengguna pesawat. Dan, penurunan jumlah armada pesawat ini juga terjadi di seluruh dunia. 

"Sebelum pandemi (Covid-19) itu, angka jumlah pesawat secara total bisa mencapai hampir 700-800 armada. Setelah pandemi, ini terjadi karena situasi global juga belum pulih dan ini terjadi di hampir seluruh dunia," kata Adita dalam keterangannya pada Kamis, 3 Oktober 2024. 

Namun, Anita menilai, saat ini kondisinya perlahan mulai pulih, kendati belum mencapai angka seperti sebelum pandemi Covid-19. 

"Itu sekarang mungkin baru sekitar 450-an sampai 500 armada ya. Dan ini juga yang menyebabkan suplai dan demand-nya jadi tidak imbang. Demand yang sangat tinggi di penerbangan itu kurang bisa dicukupi oleh suplai pesawat yang ada," ujarnya.

Anita menyampaikan, idealnya lebih dari 800 armada untuk memenuhi semua permintaan. Khususnya, penerbangan ke daerah pariwisata super prioritas. Sedikitnya armada pesawat, mengakibatkan terbatasnya perjalanan ke destinasi itu.

Meskipun pihak maskapai terus mendorong produktivitas tiap pesawat untuk menangkap setiap permintaan, minimnya jumlah armada ini tetap saja berpengaruh pada harga tiket.

"Ini adalah soal mekanisme pasar di ekonomi. Ada tarif atau harga yang kemudian bisa meningkat karena suplai terbatas, sementara demand-nya tinggi. Di sisi lain, juga ada tarif batas atas dan batas bawah yang kita tetapkan," ucapnya.

Selain itu, Adita juga menyebut bahwa maskapai penerbangan bisa menentukan harga sampai batas atas yang telah ditentukan. Kemenhub masih terus melakukan pemantauan supaya maskapai masih berada pada koridor dalam penentuan tiket. 

"Ya tentu kita ini adalah iklim bisnis yang harus bisa berkompetisi dengan sehat. Itu yang paling utama ya. Jadi, salah satunya adalah tentu kami melakukan pengawasan terhadap berbagai hal," tukasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI