Korban Tewas Akibat Topan Yagi yang Melanda Asia Tenggara Lampaui Angka 500
SinPo.id - Korban tewas akibat dari Topan Yagi yang melanda sejumlah negara di Asia Tenggara terus meningkat. Hingga saat ini, jumlah korban sudah melampaui angka 500 orang, dan sebagian lainnya dilaporkan hilang.
Di Myanmar, media pemerintah melaporkan bahwa Topan Yagi telah menyebabkan banjir dan tanah longsor yang menewaskan sedikitnya 226 orang, dan 77 orang lainnya hilang.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan, sekitar 631.000 orang mungkin terkena dampak banjir di seluruh Myanmar. Namun, penghitungan korban berjalan lambat, karena sulitnya berkomunikasi dengan daerah yang terkena dampak.
Pasalnya, hujan deras akibat topan dan musim hujan membawa banjir bandang yang meluas ke Myanmar, terutama wilayah tengah Mandalay, Magway, Bago dan Delta Ayeyarwaddy, negara bagian timur Shan, Kayah, Kayin dan Mon serta ibu kota negara itu, Naypyitaw.
Saat ini air mulai surut di beberapa wilayah, tetapi di wilayah Shan dan Kayah, permukaan air masih cukup tinggi. Lebih dari 160.000 rumah rusak dan 438 kamp bantuan sementara telah dibuka untuk lebih dari 160 ribu korban banjir.
Selain itu, sekitar 117 kantor dan gedung pemerintah, 1.040 sekolah, 386 bangunan keagamaan, jalan, jembatan, menara listrik, dan menara telekomunikasi rusak akibat banjir di 56 kotapraja.
"Hampir 130 ribu hewan mati dan lebih dari 259.000 hektar lahan pertanian rusak akibat banjir," kantor media pemerintah Myanmar melaporkan, dilansir dari ABC pada Rabu, 19 September 2024.
Badan urusan kemanusiaan PBB mengatakan makanan, air minum, obat-obatan, pakaian, perlengkapan perawatan diri, dan tempat penampungan saat ini menjadi kebutuhan mendesak bagi para korban banjir, tetapi upaya penanggulangan terhambat oleh jalan yang diblokir, jembatan yang rusak, dan bentrokan bersenjata yang sedang berlangsung.
Sebelumnya, Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan mengatakan, Topan Yagi menewaskan hampir 300 orang di Vietnam, 42 orang di Thailand utara, 21 orang di Filipina, dan empat orang di Laos.