HARGA AVTUR INDONESIA

Bos AirAsia Ungkap Harga Avtur Indonesia Paling Mahal di Asia Tenggara

Laporan: Tio Pirnando
Minggu, 08 September 2024 | 15:37 WIB
Maskapai AirAsia parkir di Bandara Sepang Kuala Lumpur (SinPo.id/ Bloomberg)
Maskapai AirAsia parkir di Bandara Sepang Kuala Lumpur (SinPo.id/ Bloomberg)

SinPo.id - CEO Maskapai AirAsia, Tony Fernandes mengungkapkan, pemicu mahalnya tiket pesawat di Indonesia  dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, karena tingginya harga avtur, serta pajak yang besar.

"Harga bahan bakar di Indonesia adalah tertinggi di ASEAN, sekitar 28 persen," kaga Tony kepada wartawan, Minggu, 8 September 2024. 

Menurut Tony, tingginya harga avtur ini dipengaruhi oleh kurangnya kompetisi penyedia avtur. Hal ini berdampak langsung pada biaya operasional maskapai penerbangan.

Dampak berikutnya adalah harga tiket pesawat domestik di Indonesia yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ini.

Selain itu, Tony juga menyoroti pajak pertambahan nilai (PPN) yang dikenakan dua kali untuk bahan bakar penerbangan domestik, yaitu sebesar 11 persen. Menurut dia, londisi ini membebani industri penerbangan di tanah air.

Lebih lanjut, Tony mengaku berencana akan bertemu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, guna membahas masalah ini, termasuk pembatasan tarif penerbangan yang dinilai turut mempengaruhi harga tiket.

"Pembatasan tarif ini justru membuat tarif menjadi lebih mahal," kata Tony.

Selain keluhan terkait avtur, PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) juga berencana melakukan penggalangan dana di pasar modal sebesar USD50 juta atau setara Rp774,5 miliar (kurs Rp15.490 per dolar AS) untuk menambah 70 armada pesawat. 

Karena, secara total AirAsia membutuhkan dana segar sebesar 80 juta dolar AS atau setara Rp1,23 triliun untuk pengadaan pesawat baru.

"Kami berharap bisa mengumpulkan sekitar 50 juta dolar AS di Bursa Efek Indonesia (IDX), dan sisanya melalui pembiayaan bank sekitar 30 hingga 40 juta dolar AS," kata Tony.

Kendati belum merinci mekanisme penggalangan dana tersebut, Tony menegaskan bahwa dana itu akan digunakan untuk memperluas armada AirAsia. Saat ini, AirAsia memiliki 30 pesawat, dan dengan rencana ekspansi ini, maskapai tersebut menargetkan memiliki 100 pesawat dalam lima tahun ke depan.

Di sisi lain, Tony juga mengungkapkan rencana induk Capital A Berhad untuk mengubah pinjaman yang diberikan kepada CMPP menjadi ekuitas, guna memperkuat struktur permodalan perusahaan.

"Grup AirAsia telah banyak memberikan pinjaman ke CMPP. Kami akan mengubahnya menjadi ekuitas, sebagai bagian dari investasi kami," kata Tony. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI