Kenang Faisal Basri, Luhut: Kita Banyak Berbeda, tapi Tetap Berteman

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 05 September 2024 | 11:47 WIB
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan melayat ke rumah duka Faisal Basri. (SinPo.id/dok. Kemenko Marves)
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan melayat ke rumah duka Faisal Basri. (SinPo.id/dok. Kemenko Marves)

SinPo.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku banyak kenangan dengan sosok ekonom senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri. Sebab, Faisal adalah seorang ekonom yang sangat kritis terhadap pemerintah. 

"Saya punya kenangan cukup banyak dengan Pak Faisal Basri. Ya mungkin kita banyak atau beda di berbagai hal, tapi kita tetap teman. Jadi kita saling hormati juga," kata Luhut usai melayat di rumah duka Faisal Basri Kompleks Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis, 5 September 2024.

Menurut Luhut, ke depan perlu ada sosok seperti Faisal Basri. Karena, pemerintah perlu sebuah kritik yang bermanfaat.

"Saya kira penting, harus ada orang yang terus memberikan kritik konstruktif kepada pemerintah, tidak ada yang salah itu. Saya kira baik," kata dia.

Luhut juga mengaku kaget mendengar kabar wafatnya Faisal. Untuk itu, ia langsung melayat sebagai bentuk penghormatan terhadap sesama teman. 

"Banyak kritik beliau juga, saya dengarkan, saya exercise, saya bicara sama tim, jangan kita merasa kita, bahwa ya saya sangat terkejut mendengar beliau pergi pagi tadi. Dan tentu saya upayakan betul bisa layat beliau, dan saya menyampaikan selamat jalan, Pak Faisal Basri, istirahatlah dengan tenang," kata Luhut.

Untuk Presiden Joko Widodo apakah akan melayat ke kediaman Faisal Basri, Luhut mengaku tidak tahu. "Saya belum tahu, makasih ya," katanya.

Lewat keterangannya, Luhut juga menyampaikan bahwa selalu menghargai pemikiran dan argumen Faisal, yang  terkadang berbeda pandangan dalam beberapa aspek.

"Pak Faisal sering memberi banyak masukan soal ekonomi Indonesia, termasuk soal hilirisasi nikel. Meski kami terkadang berbeda pandangan, saya selalu menghargai setiap pemikiran dan argumen yang Beliau sampaikan,” kata Luhut. 

Adapun pertemuan terakhirnya dengan Faisal Basri terjadi pada 2021, setelah Indonesia menghadapi gelombang pertama pandemi Covid-19.

"Terakhir ketemu Pak Faisal pada tahun 2021 setelah COVID-19. Pada saat itu, Beliau memberikan masukan yang sangat berharga dalam mendesain PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dari sisi ekonomi. Masukannya membantu kita menjaga keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi negara,” kata dia.

Meskipun beberapa kali berbeda pandangan, Luhut juga menyampaikan penghargaan pribadi kepada Faisal sebagai sosok yang sangat berdedikasi dan penuh integritas.

"Saya selalu menghormati cara Pak Faisal menyampaikan pandangannya. Beliau selalu lugas, namun rendah hati, dan siap mendengarkan dengan baik meski pandangan kita berbeda. Keberanian dan kejujurannya dalam berargumen menunjukkan karakter kuatnya sebagai seorang intelektual," kata Luhut.

Meski dalam banyak kesempatan mereka berada di sisi yang berbeda dalam diskusi kebijakan, menurut Luhut, Faisal tidak pernah menggunakan kritik sebagai alat untuk menjatuhkan, tapi untuk membangun.

"Beliau kritis, tetapi selalu dalam semangat memperbaiki. Itulah yang membuat saya sangat menghargai Beliau. Kita butuh lebih banyak sosok seperti Pak Faisal di Indonesia," kata dia.

Oleh karena itu, Luhut menganggap, Faisal  adalah contoh intelektual yang tetap teguh dengan prinsipnya. "Indonesia kehilangan seorang pemikir besar. Semoga segala pengabdiannya bagi bangsa menjadi amal baik, dan Beliau mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Luhut.sinpo