Analis Politik: Sangat Strategis jika Gerindra Usung John Tabo dan Willem Wandik
SinPo.id - Menjelang detik detik pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah, konstalasi politik di sejumlah daerah di Indonesia makin hangat, tak terkecuali di tanah Papua.
"Dinamika politik ini sudah diprediksi dari awal, akan ada banyak kejutan di detik akhir. Ini khas politik Indonesia," kata analis politik dari Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo.
Di level nasional, kata Karyono, kejutan terjadi di perubahan kepemimpinan DPP Partai Golkar dan putusan Mahkamah Konstitusi nomor 60/PUU-XXII/2024 yang mengubah syarat pengusungan Calon di Pilkada. Dua hal ini diyakini berimplikasi pada perubahan peta politik pencalonan kepala daerah di sejumlah daerah di Indonesia.
Untuk di Papua Pegunungan, sambung Karyono, santer terdengar dukungan Partai Gerindra tidak akan diberikan kepada pasangan John Tabo - Ones Pahabol. Padahal Tabo merupakan ujung tombak pemenangan Prabowo-Gibran pada Pemilu 2024 karena menjabat sebagai ketua TKD.
"Memang informasi ini belum final, tapi sangat bijak apabila Gerindra mendukung John Tabo, dan mengabaikan lawan tanding di Pilpres lalu," kata Karyono.
Sementara info yang berdar di kalangan terbatas, Ones Pahabol yang merupakan kader Partai Demokrat berharap dukungan Gerindra diberikan kepada mereka yang memiliki ikatan sejarah sebagai Parpol Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Menurutnya, Ones kabarnya mengatakan Demokrat tidak memiliki keharusan dan tanggung jawab moral untuk mendukung Calon yang diusung Gerindra di Papua Tengah, apabila dukungan Gerindra di Papua Pegunungan diberikan ke kelompok lain di luar KIM.
Sementara itu, di Pilkada Papua Tengah, konfigurasi politik mengarah kepada menguatnya dukungan dari sejumlah Parpol kepada kader PDI Perjuangan Wempi Wetipo. Menurut Karyono, jika Gerindra ikut-ikutan mendukung Wempi dari sisi politik sangat tidak sterategis.
"Yang strategis jika Gerindra mendukung Willem Wendik di Papua Tengah karena dari segi figur lebih populer dan dari segi survei lebih tinggi elektabilitasnya," kata Karyono.
Apalagi, kata Karyono, Wandik telah mengantongi Kartu Tanda Anggota Partai Gerindra dan sangat dekat dengan sejumlah sahabat karib Prabowo Subianto di level elit. Apabila Gerindra melepas figur Wandik, sangat merugikan dari sisi politik.
"Bahkan jika Gerindra harus menjadi satu-satunya Partai pengusung Wandik di Papua Tengah seharusnya itu bisa dilakukan. Saking stragetisnya posisi Wandik ini," tegasnya.
Pandangan Karyono ini sangat beralasan, memingat ketentuan terbaru dalam Putusan MK yang akan diadopsi KPU menjadi Peraturan KPU (PKPU) terkait Pilkada memungkinkan bagi Partai Gerindra untuk mengusung pasangan Willem Wandik-Aloysius Giyai sendirian.
Karyono mengingatkan, di Papua Tengah itu harusnya menjadi wilayah yang mati-matian direbut Gerindra karena di sana ada Freeport dan Blok Wabu.
"Akan merugikan kalau kepemimpinan di sana diberikan ke pihak lain di tengah upaya Pak Prabowo akan membenahi pengelolaan Sumber Daya Alam di sana," jelas Karyono.
Karyono menilai, peta politik di seluruh Indonesia bergerak dinamis dan menuntut kejelian detail dari para pimpinan partai. Jangan sampai karena pengurusan rekomendasi dukungan yang membludak jelang tenggat waktu pendaftaran justu mengabaikan hal-hal penting dan strategis di masing-masing daerah.