Israel Perluas Perintah Evakuasi di Gaza Selatan
SinPo.id - Militer Israel memerintahkan lebih banyak evakuasi di Gaza selatan pada Minggu 11 Agustus 2024 dini hari setelah serangan udara mematikan di sekolah yang diubah menjadi tempat berlindung di Gaza utara menewaskan sedikitnya 80 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan setempat. Israel mengatakan pihaknya menarget pos komando militan, dan menewaskan 19 anggota komando itu.
Israel telah berulang kali memerintahkan evakuasi massal saat pasukannya kembali ke daerah yang hancur parah tempat mereka sebelumnya bertempur dengan militan Palestina. Sebagian besar penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang telah mengungsi – seringkali beberapa kali – akibat perang yang telah berlangsung selama 10 bulan.
Ratusan ribu orang telah berdesakan di tenda-tenda kamp pengungsian kumuh dengan sedikit layanan publik atau mencari perlindungan di sekolah-sekolah seperti yang diserang pada hari Sabtu. Warga Palestina mengatakan tidak ada tempat yang dirasakan aman di wilayah yang terkepung itu.
Perintah evakuasi terbaru tersebut berlaku untuk daerah-daerah di Khan Younis, termasuk bagian yang dinyatakan oleh Israel sebagai zona kemanusiaan, di mana roket-roket telah ditembakkan, menurut militer. Israel menuduh Hamas dan militan lainnya bersembunyi di antara warga sipil dan melancarkan serangan dari daerah permukiman.
Khan Younis, kota terbesar kedua di Gaza, mengalami kerusakan yang meluas dalam serangan udara dan darat sebelumnya tahun ini. Puluhan ribu orang kembali mengungsi minggu lalu setelah perintah evakuasi sebelumnya dikeluarkan.
Ratusan keluarga membawa barang-barang mereka ketika meninggalkan rumah dan tempat penampungan mereka Minggu pagi untuk mencari tempat berlindung yang sulit dijangkau.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas dari perang yang telah berlangsung selama 10 bulan itu mendekati 40.000, tanpa menyebutkan berapa banyak di antaranya adalah pejuang. Kelompok-kelompok bantuan telah berjuang untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang memprihatinkan di wilayah itu, sementara para ahli internasional telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan.
Perang itu dimulai ketika militan yang dipimpin Hamas menerobos pertahanan Israel pada 7 Oktober dan menyerbu desa-desa pertanian dan pangkalan militer di dekat perbatasan, membunuh sekitar 1.200 orang — sebagian besar warga sipil — dan menculik sekitar 250 orang.
Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk memediasi gencatan senjata dan pemulangan sekitar 110 sandera yang masih ditahan oleh Hamas. Otoritas Israel meyakini bahwa sekitar sepertiga dari jumlah itu telah meninggal. Konflik ini mengancam akan memicu perang regional, sementara Israel telah saling tembak dengan Iran dan sekutu-sekutu militan Iran di seluruh kawasan itu.
Serangan Israel pada hari Sabtu menghantam sebuah masjid di dalam sebuah sekolah di Kota Gaza tempat ribuan orang berlindung. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 80 orang tewas dan sekitar 50 lainnya terluka. Militer Israel membantah jumlah korban tersebut dan mengatakan telah menewaskan 19 militan Hamas dan Jihad Islam dalam sebuah serangan presisi, dengan merilis apa yang dikatakannya sebagai nama-nama dan foto-foto mereka.
Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan Israel telah melakukan “serangan sistematis terhadap sekolah-sekolah,” yang telah berfungsi sebagai tempat berlindung sejak dimulainya perang, dengan sedikitnya 21 serangan sejak 4 Juli, yang menyebabkan ratusan orang tewas, termasuk wanita dan anak-anak.
Para pemimpin Eropa mengutuk serangan tersebut, sementara AS mengatakan pihaknya prihatin dengan laporan tentang korban sipil itu.
Wakil Presiden Kamala Harris, yang berbicara kepada rombongan wartawan yang ikut bersamanya di Phoenix, Arizona, pada hari Sabtu, mengatakan: “Sekali lagi, terlalu banyak warga sipil yang terbunuh.” “Kita butuh kesepakatan mengenai pembebasan sandera dan gencatan senjata,” katanya. “Kesepakatan itu harus dilakukan sekarang,” pungkasnya. [lt/my]