PILGUB PAPUA

Analis Politik: Dinamika Pilgub di Sejumlah Provinsi Papua Bergerak Dinamis

Laporan: Tri Setyo Nugroho
Selasa, 06 Agustus 2024 | 12:44 WIB
Sekjen Gerindra Ahmad Muzani bersama Cagub Papua Pegunungan John Tabo dan Cagub Papua Tengah Willem Wandik (SinPo.id/ Dok. Pribadi)
Sekjen Gerindra Ahmad Muzani bersama Cagub Papua Pegunungan John Tabo dan Cagub Papua Tengah Willem Wandik (SinPo.id/ Dok. Pribadi)

SinPo.id - Analis Politik Herdi Sahrasad menjelaskan, peta politik menjelang Pemilihan Gubernur di sejumlah Provinsi di bumi cenderawasih Papua bergerak dinamis. Parpol bekerja sama satu sama lain dalam rangka memenuhi sejumlah persyaratan sebelum secara resmi mendaftarkan kandidat mereka kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).

"Konfigurasi politik di setiap provinsi di Papua menggambarkan kekhasannya sendiri-sendiri," kata Herdi terkait dinamika politik pada Pemilihan Gubernur di Bumi Cenderawasih Papua di Jakarta, Selasa, 6 Agustus 2024.

Peneliti dari Universitas Paramadina menuturkan, Pilgub di Papua Pegunungan, dukungan Partai Gerindra kepada Calon Gubernur John Tabo akan menguatkan soliditas Koalisi Indonesia Maju (KIM). KIM berpeluang besar meraih kemenangan.

"Ajakan Wasekjen DPP Golkar Dereck Loupatty kepada Gerindra untuk bergabung mengusung John Tabo perlu dicermati dan disambut baik. Karena paling rasional dan menunjukkan soliditas Koalisi Indonesia Maju," kata Herdi.

Sebagaimana diketahui, peta politik di Pilgub Papua Pegunungan menunjukkan terjadinya kompetisi antara John Tabo dan Befa Yigibalom.

John Tabo sudah memastikan wakilnya adalah Ones Pahabol dan telah mengantongi rekomendasi dari Golkar dan Demokrat, sedangkan Befa Yigibalom mengantongi rekomendasi dari Nasdem, PKS dan Perindo. 

Menurut Herdi, alasan rasional perlunya KIM solid mendukung John Tabo karena dia dikenal sebagai sosok yang bekerja keras untuk pemenangan Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024, yang didukung penuh oleh KIM. Sebagai ketua tim pemenangan di Papua Pegunungan, Tabo telah menunjukkan dedikasinya dengan memobilisasi sumber daya secara efektif hingga berhasil meraih dukungan luas di daerah tersebut. 

"Dukungan KIM terhadap John Tabo bukan hanya keputusan yang strategis, tetapi juga langkah yang paling adil dan berkelanjutan untuk masa depan politik di Papua Pegunungan," katanya.

Dalam literatur ilmu politik, kata Herdi, dikenal istilah "quid pro quo" dan "Reciprocal Support", keduanya menggambarkan konsep timbal balik dalam politik. Di mana dukungan yang diberikan pada suatu waktu pantas dibalas dengan dukungan yang setara di waktu lain.

Di antara semua calon, hanya Tabo yang memiliki kedekatan historis dan emosional dengan Prabowo sebagai presiden terpilih. Kedekatan ini akan memudahkan penerjemahan kebijakan nasional Prabowo di Provinsi Papua Pegunungan, memastikan sinergi antara pemerintahan pusat dan daerah. 

Papua Pegunungan perlu dipimpin oleh figur yang tepat dan punya ikatan hati dengan pemerintah pusat karena di sanalah terdapat banyak kelompok KKB dan OPM. John Tabo dinilai figur terbaik dan akan menjadi pemersatu antar suku-suku yang ada dan akan menegakkan merah-putih di Pegunungan. 

Di sisi lain, terang Herdi, untuk menjaga stabilitas koalisi, partai-partai di KIM perlu terus membangun komunikasi yang efektif, mengelola konflik, dan melakukan manajemen kepentingan. Hal tersebut terutama diperlukan dalam rangka menguatkan ketahanan terhadap tekanan eksternal (Resilience to External Pressure).

Strategi Baru Befa

Selanjutnya, penulis buku 'Prabowo Subianto The Rising Star, dari Gerakan Indonesia Raya ke Negara Sejahtera' ini juga menganalisis, kemungkinan besar Befa Yigibalom akan mengubah strategi politiknya dengan apa yang disebut "running mate switch" yaitu mengganti calon wakil agar lebih kompetitif.

Penggantian calon wakil dalam politik praktis merupakan strategi yang biasa digunakan untuk meningkatkan peluang kemenangan, merespons perubahan situasi, atau mengatasi masalah yang muncul. Proses ini melibatkan penilaian menyeluruh dan evaluasi internal.

Strategi baru Befa ini sangat beralasan mengingat Natan Bahabol yang dulunya digadang-gadang akan menjadi wakilnya dinilai tidak akan menyumbang elektoral secara signifikan karena ketokohannya masih dibawah Ones Pahabol yang menjadi calon wakil dari John Tabo. Selain itu, penolakan sejumlah kader Gerindra jika Natan menjadi wakil Befa turut menjadi pertimbangan dari perubahan strategi Befa.

Meski Natan merupakan kader Gerindra, tapi resistensi terhadapnya di internal Gerindra sangat kuat jika dia digandeng Befa, bahkan hingga ke level elit. Hal itu akibat persaingan keras di Pilpres kemarin dimana Befa berada di kubu 01 berhadapan dengan John Tabo dan kader Gerindra di kubu 02.

"Kabarnya Befa akan menggandeng Usman Wanimbo, mantan Bupati Tolikara dua periode sebagai Calon Wakil Gubernur," jelas Herdi.

Usman merupakan pilihan paling realistis bagi Befa karena basis massanya lebih jelas dan lebih mampu bersaing dengan lawan politik, meski harus meninggalkan Natan Pahabol.

Koalisi Besar di Papua Tengah

Sementara itu, Untuk Pilkada di Papua Tengah Herdi menganalisis akan ada penyatuan dua kekuatan besar. Willem Wandik dan Natalis Tabuni yang tadinya maju sendiri-sendiri diprediksi akan menyatu dan mendapat dukungan dari mayoritas Partai Politik.

Willem Wandik sebelumnya menyatakan bergabung dengan Gerindra dan telah mendapat Kartu Tanda Anggota. Dengan menggandeng Calon Wakil Gubernur dari Nasdem Natalis Tabuni, pasangan ini diprediksi akan mendapat dukungan seitidaknya 10 Partai yaitu: Gerindra, Nasdem, PKB, Golkar, Hanura, Demokrat, PKS, Perindo, PSI, dan Garuda.

"Kemungkinan besar, pasangan Willem Wandik - Natalis Tabuni akan menghadapi calon gubernur yang akan diusung PDIP," ujar Herdi.

Melihat banyaknya partai yang mendukung Wandik dan besarnya kekuatan massa yang dimiliki, Herdi yakin Pilgub di Papua Tengah akan berlangsung tidak seimbang dengan kemenangan mutlak di pihak Wandik. 

Papua Selatan dan Papua Induk

Untuk peta politik pemilihan calon gubernur di Papua Selatan, Herdi menyoroti kecerdikan Yusak Yaluwo yang menggandeng kader organik Partai Gerindra Otniel Hindom sebagai Calon Cakil Gubernur.

Koalisi Golkar-Gerindra ini diprediksi akan menghadapi Apolo Safanjo yang merupakan Pj Gubernur Papua Selatan (PDIP dan PKS) dan Romanus Mbara (Nasdem dan PAN)

"Dari ketiga pasangan calon tersebut yang paling kuat masih Yusak Yaluwo - Otniel Hindom," katanya.

Untuk Papua Induk, menurut Herdi, ada empat poros yang akan bertanding memberebutkan kursi gubernur. Partai Gerindra diprediksi akan mengusung kader sendiri Yan Permenas Mandenas yang kini menjabat anggota DPR RI berpasangan dengan Yunus Wonda dari Demokrat. 

"PAN dan PSI kemungkinan akan turut bergabung dengan pasangan Yan Mandenas - Yunus Wonda," katanya.

Pasangan ini akan melawan tiga kandidat dari poros lainnya yaitu Paulus Waterpauw, Mathius Fakhiri, dan Benhur Tomi Mano.

Menurut Herdi, secara keseluruhan, para gubernur terpilih nantinya akan memiliki legitimasi politik yang kuat karena dipilih rakyat langsung dan akan memberi corak kepemimpinan yang baru bagi Papua.

"Kita berharap Pilkada berlangsung lancar dan partisipasi politik masyarakat tinggi, apalagi Pilkada kali ini adalah yang pertama sejak Pemekaran Papua menjadi enam provinsi," tandasnya.sinpo

Komentar: