Raih Predikat WTP, DPRD Jakarta Minta Pemprov Tindaklanjuti Catatan BPK

Laporan: Khaerul Anam
Kamis, 25 Juli 2024 | 23:20 WIB
Pj Gubernur DKI Jakarta (SinPo.id/dok.DPRD DKI)
Pj Gubernur DKI Jakarta (SinPo.id/dok.DPRD DKI)

SinPo.id - Pemprov DKI Jakarta kembali meraih predikat wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2023.

Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta Karyatin Subiantoro mengingatkan Pemprov DKI secepatnya menindaklanjuti seluruh catatan yang diberikan BPK RI. Yakni mulai dari pembenahan aset, pendapatan atas pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD), hingga kriteria penerima Bantuan Sosial (Bansos).

“Setiap WTP pasti ada catatan BPK yang harus ditindaklanjuti. Nah, inilah yang menjadi tugas bersama antara Pemprov DKI Jakarta dengan legislatif supaya catatan-catatan ada tindak lanjutnya,” ujar Karyatin di gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis, 25 Juli 2024.

Ke depan, harap dia, Pemprov DKI bisa lebih semangat, berinovasi, dan bekerja optimal. Sehingga predikat WTP bisa dipertahankan dan diraih setiap tahun.

“Penilaian yang terbaik itu adalah WTP. Maka ketika itu sudah dicapai, bukan berarti selesai tugas Pemprov. Melainkan harus lebih variatif dalam menampilkan dan menyajikan laporan yang memang menjadi standar dari BPK,” ungkap Karyatin.

Di kesempatan yang sama, Anggota V BPK RI Selaku Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara V Ahmadi Noor Supit, merinci beberapa catatat yang harus segera diperbaiki yakni pengelolaan keuangan daerah atas Aset Tetap Tanah di lokasi Surat Ijin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) yang berpotensi tercatat ganda.

Kemudian pencatatan bidang tanah pada lokasi SIPPT yang belum seluruhnya didukung BAST dari pengembang, dan penyelesaian Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan berlarut-larut.

Catatan lainnya, Pemprov DKI Jakarta juga belum terima pendapatan dari sewa lahan oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro), Bank DKI, dan pihak ketiga lainnya, serta potensi pendapatan atas pemanfaatan Barang Milik Daerah (BMD) yang belum didukung perjanjian kerja sama.

Kemudian, kekurangan volume atas pelaksanaan beberapa paket pekerjaan dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan belum dikenakan denda.

Terakhir, Penyaluran bantuan sosial kepada beberapa penerima tidak memenuhi kriteria pada Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan.

“Capaian ini hendaknya menjadi dorongan untuk selalu meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah serta meningkatkan kualitas laporan keuangan,” ungkap Ahmadi.sinpo

Komentar: