Ketua Komisi I Minta Pemerintah Fokus Pulihkan Stabilitas di Papua
SinPo.id - Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid meminta pemerintah fokus menyelesaikan konflik dan pemulihan stabilitas di Papua. Apalagi, Organisasi Papua Merdeka (OPM) tengah gancar berulah di Bumi Cenderawasih tersebut.
"Kami prihatin dengan gencarnya aksi OPM yang belakangan ini semakin sering dilakukan. Kami meminta Pemerintah segera mengambil langkah konkret dan fokus pada penyelesaian konflik serta stabilitas keamanan di Papua," kata Meutya dalam keterangan tertulis, Jumat, 19 Juli 2024.
Meutya menilai pemerintah perlu mengoptimalkan pendekatan sosial budaya dalam mengatasi aksi-aksi anarkis OPM. Dia menekankan prioritas utama adalah keamanan masyarakat Papua.
"Pemerintah perlu membuka kembali dialog-dialog dengan kelompok OPM untuk mencari solusi damai. Negosiasi yang inklusif dan transparan dapat membantu mengurangi ketegangan," ucap dia.
"Kami ingin memastikan kehadiran aparat keamanan untuk melindungi warga sipil agar mengatasi ancaman keamanan. Penguatan keberadaan TNI dan Polri di wilayah tersebut sangat penting," timpalnya.
Legislator fraksi Partai Golkar itu menilai investasi dalam pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat dapat membantu mengurangi ketidakstabilan keamanan di Papua.
"Langkah pembangunan seperti itu perlu dilanjutkan untuk keberpihakan terhadap masyarakat Papua," kata Meutya.
Di sisi lain, Meutya juga menyoroti ulah OPM yang melakukan pembakaran sekolah beberapa waktu lalu. Menurutnya, tindakan brutal itu dapat merebut hak anak Papua belajar.
"Kita harus utamakan hak pendidikan anak-anak Papua untuk mendapat pendidikan yang layak," tegasnya.
Meutya meminta pemerintah dan aparat memastikan keamanan bagi anak-anak di Papua saat mengenyam pendidikan di sekolah.
"Kami berharap Pemerintah dapat menjamin agar anak-anak di Papua dapat memperoleh pendidikan dengan aman dan nyaman tanpa adanya intimidasi dan gangguan," pungkas Meutya.
Situasi di Puncak Jaya, Papua Tengah, sempat memanas usai tiga anggota OPM tewas ditembak oleh anggota TNI pada Selasa, 16 Juli 2024. Penembakan tersebut bermula saat sejumlah anggota OPM menyerang Satgas Yonif RK 753/AVT.
Massa lalu melancarkan protes dan mengatakan para korban bukan anggota OPM. Buntut protes itu, sebanyak enam unit mobil milik TNI-Polri dibakar massa. Mereka juga meminta ganti rugi total Rp3 miliar untuk ketiga orang yang ditembak sebagai denda adat.
Personel TNI sendiri menyita satu pucuk pistol rakitan dan bendera Bintang Kejora usai menembak mati 3 anggota OPM tersebut. Barang bukti itu diduga milik kelompok OPM pimpinan Teranus Enumbi yang terus menerus meneror warga sipil. Kelompok ini juga disebut sering merusak fasilitas umum hingga menyerang aparat keamanan.