NATO dan Mitra-mitra Pasifik Perkuat Hubungan pada KTT di Washington

Laporan: Khaerul Anam
Sabtu, 13 Juli 2024 | 04:47 WIB
KTT NATO di Washington, pada 11 Juli 2024 (SinPo.id/AP)
KTT NATO di Washington, pada 11 Juli 2024 (SinPo.id/AP)

SinPo.id - NATO, pada Kamis, 11 Juli 2024, siap memperkuat hubungan dengan mitra-mitra utama di Indo-Pasifik, dengan bertemu para pemimpin dari Australia, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan sehari setelah seluruh 32 sekutu NATO mengkritik China atas dukungannya terhadap perang ilegal Rusia melawan Ukraina dalam sebuah komunike dengan kata-kata tajam.

Dalam sesi pada hari Kamis, NATO dan mitra-mitra Indo-Pasifiknya memperkuat rencana dan mengembangkan strategi untuk menghadapi ancaman yang kian besar di kawasan Pasifik, termasuk di antaranya peluncuran rudal Korea Utara dan aliran terus menerus teknologi serta bahan baku dari China untuk Rusia, yang telah memungkinkan Presiden Vladimir Putin membalikkan kekalahannya di medan tempur.

Para pejabat AS mengatakan kehadiran mitra-mitra Indo-Pasifik memberi pesan kepada China bahwa aliansi demokrasi akan membela supremasi hukum, tak peduli di mana agresor akan berusaha melanggarnya.

“NATO juga mengakui bahwa ancaman dari Indo-Pasifik, baik itu DPRK (Korea Utara) atau PRC (China) yang mendukung Rusia dalam agresi mereka terhadap Ukraina, kami tidak dapat menghindarinya,” kata Direktur Senior Dewan Keamanan Nasional untuk Kebijakan Pertahanan Jason Israel kepada VOA.

Dalam komunike akhir yang ditandatangani oleh seluruh 32 sekutu, NATO menyebut China sebagai “pendukung kuat” perang Rusia dan mendesak Beijing agar menghentikan dukungannya.

“PRC tidak dapat membiarkan perang [di Ukraina], yang merupakan perang terbesar dalam sejarah modern di Eropa, ini tanpa dampak negatif terhadap kepentingan dan reputasinya,” tulis para pemimpin.

Mereka juga menyatakan keprihatinan atas kemampuan ruang angkasa serta arsenal nuklir Beijing.

Sekjen NATO Jens Stoltenberg pada hari Rabu memberitahu para wartawan bahwa “China menopang ekonomi perang Rusia” dan “meningkatkan ancaman Rusia terhadap Eropa dan keamanan NATO.”

“China memberi peralatan dengan penggunaan ganda, mikroelektronik, dan banyak peralatan lain yang memungkinkan Rusia membuat rudal, untuk membuat bom, dan untuk membuat pesawat udara, untuk membangun senjata yang mereka gunakan untuk menyerang Ukraina,” tambahnya.

Ketika ditanya VOA apakah pernyataan itu merupakan pesan yang cukup kuat untuk mencegah China melanjutkan dukungan bagi Rusia, Stoltenberg menjawab dalam konferensi pers bahwa deklarasi pada hari Rabu, 10 Juli itu merupakan “pesan terkuat yang pernah dikirim sekutu-sekutu NATO mengenai kontribusi China bagi perang ilegal Rusia melawan Ukraina.”

Beberapa sekutu pada hari Kamis memperingatkan sekutu agar tidak menggunakan komunike itu sebagai batu loncatan untuk membuat NATO tampak “anti-China.”

“NATO adalah aliansi pertahanan .... Kita tidak dapat mengorganisirnya menjadi blok anti-China,” kata Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto kepada televisi pemerintah Hungaria di sela-sela KTT. 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI