Riuh Jelang Pilkada Jakarta, Membaca Peta Peluang Calon

Laporan: Tim Redaksi
Sabtu, 13 Juli 2024 | 07:00 WIB
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)
Ilustrasi (SinPo.id/Wawan Wiguna)

Sejumlah Partai Politik (Parpol) mulai bermanuver menyiapkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Saling klaim pasangan calon serta bantahan partai pengusung mulai terasa.

SinPo.id -  Ketua Dewan Pemimpin Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Luluk Nur Hamidah menanggapi pernyataan Presiden PKS Ahmad Syaikhu, yang hendak mengusung pasangan pasangan Anies Baswedan dan Mohamad Sohibul Iman. Luluk menilai sikap Syaikhu yang meminta kadernya di Jakarta mensosialisasikan pasangan yang mereka sebut AMAN, sebagai upaya mengunci untuk kepentingan sendiri. Padahal pasangan calon di DKI Jakarta itu perlu dukungan partai lain.  

Tercatat PKS dan PKB menjadi satu koalisi dalam pemilu 2024 lalu. Kedua partai itu sebelumnya mengusung Anies dan Cak Imin bersama partai Nasdem.  “Jangan dikunci dulu (satu pasangan),” kata Luluk dalam sebuah pernyataan.

Menurut Luluk, tak ada satu pun partai politik (Parpol) di DKI Jakarta yang mampu mengusung calonnya sendiri tanpa berkoalisi pada Pilkada Jakarta 2024.  “Maka, tentu tidak elok jika tidak memberikan ruang kepada partai-partai lain yang kira-kira memiliki kepentingan yang sama untuk mengusung Mas Anies dalam membangun Jakarta,” ujar Luluk menjelaskan.

PKB saat ini belum mengumumkan rencana pengusungan Anies sebagai bakal calon gubernur Jakarta.  Meski ia mengaku sebenarnya mempunyai sosok yang dianggap mumpuni untuk maju bersama Anies dalam Pilkada Jakarta 2024.

“Kalau soal wakilnya, kami (PKB) juga masih punya sederet nama-nama yang sebenarnya sangat-sangat layak untuk kemudian diajukan ke mitra-mitra koalisi kami,” katanya.

Sedangkan cara kerja politik PKB kolektif tidak mengunci satu nama dari kadernya untuk diusung bersama Anies dalam Pilkada Jakarta 2024.

Presiden PKS Ahmad Syaikhu sebelumnya lantang meminta agar sudah memulai mensosialisasikan pasangan AMAN. “Lewat pemasangan spanduk atau menghadirkan nama AMAN saat berinteraksi dengan masyarakat Jakarta,” ujar Syaikhu, saat Konsolidasi Pemenangan Pilkada DKI Jakarta, di Kantor DPTP PKS, Jakarta Selatan, Selasa 9 Juli lalu.

Syaikhu mengatakan keputusan partainya mengusung pasangan AMAN bukan hanya sekadar pilihan politik, tetapi juga komitmen untuk membawa perubahan positif bagi Jakarta. 

"Keputusan ini bukan hanya sekadar pilihan politik, tetapi merupakan komitmen PKS untuk menghadirkan perubahan nyata dan positif bagi Jakarta,"  ujar Syaikhu menjelaskan.

Sikap Koalisi Partai Pemenang Pilpres

Sedangkan di koalisi pengusung calon presiden wakil presiden terpilih sebelumnya  punya pilihan lain. Golkar misalnya, mengajukan Jusuf Hamka atau Babah Alum jika Kaesang maju di Pilgub Jakarta.

"Seandainya beliau memilih Jakarta, saya siapkan kader Partai Golkar yang sudah malang melintang di infrastruktur, yaitu Babah Alun," kata Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Kamis, 11 Juli tempo hari .

Pilihan pasangan itu, kata Airlangga, terkait dengan kondisi Jakarta yang memiliki tantangan besar. yakni infrastruktur terutama untuk mengatasi kemacetan.  Meski ia mengatakan masih banyak waktu untuk membahas wacana pasangan calon tersebut.  

"Masih ada waktu dua bulan, tetapi apabila kesempatan itu ada, dan Kaesang siap untuk maju, Partai Golkar akan mendukung," ujar Airlangga menambahkan.

Kaesang sendiri enggan komentar banyak mengenai Pilkada DKI Jakarta, ia mengatakan masih ada waktu 49 hari menuju pendaftaran Pilkada 2024. "Politik sangat dinamis, khususnya di Jakarta. Jadi, kita tunggu saja aja sampai nanti akhir pendaftaran di 29 Agustus," kata Kaesang.

Sedangkan Gerindra yang sebelumnya memunculkan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil, mengatakan enggan memaksa Golkar. Partai besutan Prabowo Subianto itu mengedepankan hubungan antar partai politik (parpol), khususnya di dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM).

"Kalau mereka mau di Jawa Barat ya pasti diputuskan di Jawa Barat oleh mereka. Tapi kami ingin sebaiknya di Jawa Barat kita menang, di Jakarta kita menang," kata Habiburokhman, Kamis, 20 Juni lalu.

Menurut Habiburahman, Gerindra meyakini Ridwan Kamil atau Kang Emil memiliki peluang besar untuk bertarung di Pilkada Jakarta. Menurutnya, tipikal pemilih di Jakarta biasanya cenderung positif terhadap sosok-sosok baru.

Ia menyebut karakter warga Jakarta sebagai pemilih yang kritis terhadap sosok incumbent atau petahana. Sebab, berdasarkan pengalamannya dalam menangani Pilkada di Jakarta, survei-survei elektabilitas selalu tidak sama dengan hasil akhir.

Ia mencontohkan fenomena incumbent yang tak terpilih kembali, yaitu Fauzi Bowo yang kalah oleh Joko Widodo (Jokowi) saat Pilkada DKI Jakarta 2012. Kemudian, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai incumbent juga kalah oleh Anies Baswedan saat Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Kan dikategorikan incumbent, Pak Anies ini juga menjadi pertanyaan. Karena itu Ridwan Kamil adalah sosok baru di Jakarta dalam konteks elektoral," katanya.

Walaupun masyarakat secara nasional telah mengenal Ridwan Kamil, Habiburokhman menyebut sosok itu bisa tampil kompetitif jika berkompetisi di Jakarta. Termasuk pencapaian-pencapaian ketika menjadi Wali Kota Bandung dan Gubernur Jabar.

"Ibu kota provinsi (Jawa Barat) yang karakteristiknya mirip Jakarta. Banyak masalah-masalah yang mirip Jakarta diselesaikan di Kota Bandung, kemudian di Jawa Barat," kata Haburahman menjelaskan.

Sementara itu DPW Partai Amanat Nasional (PAN) DKI Jakarta, Eko Patrio mempertimbangkan mengusung putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep sebagai bakal calon gubernur Jakarta jika mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tidak maju pada Pilkada Jakarta 2024.

" Ada alternatif lain yaitu mas Kaesang,” kata Eko Patrio usai Rakernas PAN akhir Juni lalu.

Menurut dia, Keputusan maju Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta masih menunggu keputusan Partai Golkar, tempat Ridwan sebagai kader. Eko menilai Ridwan Kamil akan menjadi lawan yang sepadan untuk bertarung dengan Anies Baswedan pada Pilkada Jakarta 2024.

“Karena kalau Ridwan Kamil masuk ke DKI Jakarta, menjadi persaingan yang buat saya seimbang antara Anies dengan Ridwan Kamil,” kata Eko menjelaskan.

PAN telah menyiapkan kadernya Zita Anjani putri Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sebagai wakil.

“Ya, kalau dari internal kami ya tentunya maunya Mbak Zita lah ya cawagubnya, gitu. Tapi kita lihat lagi survei kembali seperti apa,”  katanya.

Sikap PAN nyaris sama dengan Partai Demokrat yang hanya menyodorkan nama kadernya sebagai Cawagub pada Pilkada Jakarta 2024. Demokrat sadar diri tak bisa mengusung Cagub sendiri lantaran belum memenuhi ambang batas kursi yang ditentukan.

"Demokrat terus menggodok dan mendorong nama-nama dari internal untuk bisa menjadi Cawagub.  Karena kalau Cagub bagi kami itu ranahnya adalah tokoh-tokoh lain,” kata juru bicara Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra akhir Juni lalu .

“Kami sadar diri hari ini Demokrat kursinya belum pas dan belum cukuplah," ujar Herzaky menambahkan.

Herzaky juga membantah pernyataan Sekjen PKS Habib Aboe Bakar Al Habsyi yang menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusung nama putranya Kaesang Pangarep untuk dijadikan pendamping Ridwan Kamil di Pilgub Jakarta.  Ia mengatakan Koalisi Indonesia Maju (KIM) masih membahas nama-nama yang akan diusung di Pilkada Jakarta.

"Terkait dengan Pilkada Jakarta masih terus kita dalami, kalau pembahasan apakah di KIM (Koalisi Indonesia Maju) sudah ada nama Mas Kaesang ya, kami per hari ini yang kami dengar ada usulan-usulan beberapa nama gitu, hanya saja untuk pendalamannya masih terus berproses namanya juga masih proses, bagian dari strategi belum semua bisa kami ungkap," kata Herzaky.

Ia memberikan catatan partainya akan mendorong sosok yang berintegritas dan kompeten. Termasuk sosok yang bisa mewujudkan visi misi program Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

"Baik nama-nama potensial yang kami yakini, yang benar-benar bisa dan mampu memimpin Jakarta serta memang akan dipilih oleh warga Jakarta karena bagaimanapun sosok yang kompeten punya kapabilitas, kapasitas, integritas," katanya.

Kemungkinan Poros Pilkada DKI Jakarta  

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro memperkirakan ada tiga poros dalam Pilkada Jakarta 2024. Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pertama yang mungkin terbentuk adalah Anies Baswedan dengan Sohibul Iman yang sudah dideklarasikan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meski Agung meyebut, pasangan itu bisa berlayar jika PKS yang sudah mendapat dukungan dari Perindo dan Partai Nasdem. Analisa Agung itu mengaacu sikap PKB yang resisten terhadap duet Anies-Sohibul Iman.

“Misalkan PKS kemudian Nasdem sama Perindo itu kan cukup ya, total 30 kursi. Itu cukup karena minimal 22 kursi (mengajukan calon kepala daerah),” kata Agung dikutip dari Kompas.com, Selasa 9 Juli  2024.

Sedangkan poros kedua kemungkinan pasangan calon dari kubu Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang terdiri dari Partai Gerindra, Golkar, PAN, dan Partai Demokrat, serta Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

“Pasangan kedua itu misalkan Ridwan Kamil kita asumsikan (dengan) Kaesang, kursinya sudah lebih dari cukup, 50 kursi mungkin kalau tidak salah,” ujar Agung mena,bahkan.

Sedangkan poros ke tiga paslon yang mungkin bisa terbentuk dari kubu PKB dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Agung mengatakan gabungan perolehan kursi kedua partai tersebut mencukupi untuk mengajukan cagub dan cawagub Pilkada Jakarta 2024. “Pasangan PDI-P sama PKB. PDI-P ada 15 kursi, PKB 10 kursi jadi 25 kursi, 22 kursi sudah terpenuhi. Kalau skemanya seperti itu, ya sebenarnya ada tiga pasang, tinggal siapa nih (yang diusung),” kata Agung menjelaskan.

Namun Agung mengingatkan situasi politik saat ini masih cair meskipun menyisakan waktu kurang dari dua bulan jelang pembukaan pendaftaran paslon ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Agung mengatakan, bukan tidak mungkin akhirnya hanya terbentuk dua paslon apabila Anies Baswedan memilih salah satu antara PKS atau kemungkinan koalisi PKB bersama PDI-P.

"Anies pilih salah satu dan bisa saja nanti polanya berubah menjadi dua pasang saja. Misalkan Anies ke PKS, yang PKB ini melebur ke KIM. Atau ketika Anies pilih PKB-PDIP maka PKS melebur ke KIM,” katanya. (*)

 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI