KTT NATO Fokus pada Keamanan Ukraina dan Tantangan di Indo-Pasifik

Laporan: Tim Redaksi
Sabtu, 06 Juli 2024 | 01:21 WIB
Presiden Joe Biden bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (SinPo.id/AP)
Presiden Joe Biden bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (SinPo.id/AP)

SinPo.id - Saat perang Rusia di Ukraina belum lagi menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, Amerika akan menjadi tuan rumah bagi pemimpin 32 anggota aliansi dalam KTT Tahunan NATO pada tanggal 9-11 Juli di Washington DC.

Beberapa pejabat AS mengatakan mendorong keamanan di Ukraina dan menghadapi tantangan dari China merupakan fokus agenda pertemuan itu.

Asisten Wakil Menteri Luar Negeri AS Douglas Jones mengatakan pada VOA, “Baik dukungan untuk Ukraina dan pertahanannya terhadap agresi Rusia, maupun kerja sama dengan mitra-mitra kita untuk menemukan cara-cara menghadapi ancaman dan tantangan dari China, baik itu berupa ancaman hibrida maupun ancaman siber, akan menjadi fokus pertemuan kami dalam KTT ini.”

Amerika dan sekutu-sekutunya di NATO telah mengatakan bahwa masa depan Ukraina tergantung pada aliansi tersebut; dan pekan depan kelompok ini akan mengungkapkan langkah konkret untuk mempercepat proses keanggotaan Ukraina di NATO.

Namun sebagian anggota Kongres AS menyampaikan kekhawatiran tentang kesiapan Ukraina bergabung menjadi anggota aliansi ini meskipun negara yang sedang berjuang itu berkomitmen melakukan reformasi internal.

KTT NATO nanti tidak saja akan memusatkan perhatian pada keamanan Ukraina dan Eropa, tetapi juga eksplorasi peran yang lebih besar di Indo-Pasifik.

Stephen Flanagan di RAND Corporation mengatakan, “Australia, Selandia Baru, Republik Korea Selatan dan Jepang sangat tertarik untuk memperdalam kerja sama dengan NATO, tidak saja kerja sama militer-ke-militer, tetapi di bidang-bidang lain.”

Untuk merayakan hari jadi NATO ke 75 tahun, lebih dari 20 pemengaruh media sosial telah diundang untuk mengamati jalan pertemuan itu dan membuat konten untuk memperingati tonggak bersejarah tersebut.

Flanagan, yang menjabat direktur senior Dewan Keamanan Nasional pada masa pemerintahan Presiden Barrack Obama, mengatakan sebagian negara NATO yang biasanya tidak memiliki aktivitas militer di Indo-Pasifik, seperti Jerman, telah mulai mengerahkan kapal-kapal untuk melawan agresi China di kawasan tersebut.

Langkah-langkah terbatas mencakup kerja sama dalam kepentingan antariksa melawan Rusia dan China dan kerja sama melawan disinformasi adalah tindakan yang layak dilakukan NATO tanpa bertindak terlalu banyak, kata Flanagan.

Menurut Flanagan, Jepang “sangat ingin” NATO meningkatkan aktivitasnya di Indo-Pasifik karena ia terlibat dalam sengketa wilayah dengan Rusia mengenai Kepulauan Kuril. Dan berlanjutnya perang Rusia di Ukraina, China dan Korea Utara berkontribusi terhadap upaya perang Rusia, dengan hampir 90% microchip di Rusia berasal dari China, kata Flanagan.

Para kepala negara dari 32 sekutu NATO akan bertemu para pemimpin dari empat negara Indo-Pasifik: Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru. NATO berharap dapat membangun ketahanan sekutu untuk menghadapi aktivitas China, kata Douglas Jones kepada VOA. Proposal untuk membuka kantor NATO di Tokyo “tidak sedang dalam diskusi aktif,” menurut Jones.

Jones mengatakan KTT ini akan memperkenalkan “cara-cara konkret” bagi NATO untuk membantu Ukraina melawan agresi Rusia dan melaksanakan reformasi untuk membimbing Ukraina menuju keanggotaan NATO, meskipun perumusan kata-katanya masih dirundingkan.

KTT NATO dijadwalkan berlangsung pada 9-11 Juli di Washington dan diadakan di saat sebuah blok yang mencakup beberapa musuh NATO bertemu pada minggu ini dalam KTT keamanan di Astana, ibu kota Kazakhstan. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping bertemu pada Rabu, 3 Juli, setelah sebelumnya bertemu pada Mei lalu ketika Putin melawat ke Beijing.

Dibentuk pada 2001 oleh China dan Rusia, Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) beranggotakan Iran, India, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Pakistan, Tajikistan, dan Uzbekistan.

Perang di Ukraina diperkirakan tidak akan dibahas secara resmi pada pertemuan puncak SCO, namun seorang pejabat senior Kazakhstan mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa mungkin akan ada diskusi “sampingan” mengenai masalah tersebut.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI