Bappenas Sebut Investor Mulai Tertarik Berinvestasi di Industri Rumput Laut

Laporan: Tio Pirnando
Rabu, 26 Juni 2024 | 18:11 WIB
Ilustrasi rumput laut (SinPo.id/Econusa)
Ilustrasi rumput laut (SinPo.id/Econusa)

SinPo.id - Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Amalia Adininggar menyatakan, investor yang menanamkan modalnya di industri pengolahan (hilirisasi) rumput laut atau seaweed, total nilainya lumayan besar.

Karenanya, pemerintah akan terus melakukan hilirisasi produk turunan dari rumput laut ini. 

"Saya nggak bisa sebutin (siapa investornya), lumayan (besar nilai investasinya), nanti kita lihat," kata Amalia pada acara "Diskusi dan Peluncuran Riset Industri Pertambangan vs Ekonomi Hijau" yang digelar Greenpeace Indonesia, Rabu, 26 Juni 2024. 

Menurut Amalia, turunan rumput laut ini bisa menjadi produk makanan, farmasi, produk obat-obatan, nutrisi, dan lain-lainnya. 

Indonesia sendiri merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah China.

Namun, dalam 10 tahun terakhir, Indonesia masih mendominasi ekspor rumput laut kering untuk konsumsi maupun bahan baku industri. 

Dan, pertumbuhan ekspor produk tersebut belum signifikan. Dimana, 66,61 persen didominasi oleh ekspor rumput laut kering, sementara rumput laut olahan, seperti karagenan dan agar-agar, masih 33,39 persen.

Tahun lalu, lanjut Amalia Indonesia memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah. Selama ini, olahan rumput laut sebagian besar digunakan untuk produk makanan dan minuman sebesar 77 persen, sedangkan untuk farmasi, kosmetik, dan lainnya hanya sebesar 23 persen.

Dari data Kemenperin, mencatatkan bahwa diversifikasi produk melalui hilirisasi industri rumput laut membantu untuk mewujudkan potensi pasar sektor tersebut pada 2030 yang mencapai 11,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Potensi itu bisa diwujudkan melalui optimalisasi nilai tambah ekonomi produk turunan dari rumput laut, seperti biostimulan, bioplastik, pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil.

"Kita saat ini baru export seaweed-nya aja langsung, belum diolah. Nah, sekarang kita mau mendorong pengolahan harus ada di Indonesia, nilai tambah harus ada di Indonesia. Kalau kita memperpanjang rantai nilai dan produksi menjadi produk turunan, itu akan memberikan efek pengganda yang luar biasa terhadap perekonomian di Indonesia," kata Amalia. 

Bagi dia, pengolahan rumput laut dapat mendorong pengembangan ekonomi yang lebih berkelanjutan (sustainability), mengingat komoditas tersebut termasuk kategori terbarukan (renewable).

"Banyak (juga) petani seaweed di Indonesia, sehingga nanti kalau ini kita olah seaweed Indonesia, ini juga menciptakan meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan pendapatan buat petani kita. (Potensi) kontribusi (srumput laut) terhadap PDB-nya (Produk Domestik Bruto) sedang kita hitung," kata dia.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI