KETEGANGAN KORSEL KORUT

Seberangi Perbatasan, Korsel Beri Tembakan Peringatan ke Tentara Korut

Laporan: Galuh Ratnatika
Rabu, 19 Juni 2024 | 09:21 WIB
Tentara Korsel beri tembakan peringatan ke tentara Korut (SinPo.id/ Kemenhan Korsel)
Tentara Korsel beri tembakan peringatan ke tentara Korut (SinPo.id/ Kemenhan Korsel)

SinPo.id - Militer Korea Selatan mengatakan, tentaranya telah melepaskan tembakan peringatan untuk mengusir tentara Korea Utara yang menyebrangi perbatasan darat untuk kedua kalinya dalam bulan ini.

Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, sekitar 20 hingga 30 tentara Korea Utara, yang terlibat dalam proyek konstruksi di sisi utara perbatasan, sempat melintasi Zona Demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan.

Hal itu terjadi pada hari Selasa 18 Juni 2024, sekitar pukul 8:30 pagi waktu setempat. Namun tidak dijelaskan rekontruksi apa yang sedang dikerjakan oleh tentara Korea Utara.

"Militer Korea Selatan, memantau dengan saksama aktivitas militer Korea Utara di area garis depan serta bekerja sama erat dengan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata pejabat itu dalam sebuah pernyataan. Dilansir dari CNA, Rabu 19 Juni 2024.

Namun tentara Korea Utara dilaporkan mundur setelah tembakan peringatan tersebut, dan militer Korea Selatan tidak melihat adanya aktivitas mencurigakan setelah itu.

Meski demikian, Kepala Staf Gabungan mengatakan tidak yakin tentara Korea Utara memasuki perbatasan dengan sengaja, karena mereka tidak membalas tembakan tersebut. Terlebih tentara Korea Utara juga menderita banyak korban saat bertugas, akibat ledakan ranjau darat di zona demiliterisasi.

Diketahui, militer Korea Utara telah melakukan berbagai kegiatan di sepanjang garis depan termasuk mengerahkan tentara dan menanam ranjau darat.

Hal tersebut merupakan bagian dari upaya untuk memperketat kontrol perbatasan dan mencegah warga Korea Utara membelot ke Selatan. Bahkan perbatasan antara Korea Utara dan Selatan menjadi salah satu tempat dengan ranjau terbanyak di dunia.

Pasalnya, kedua negara secara teknis masih berperang karena konflik 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, dengan zona demiliterisasi dan garis kendali yang membagi semenanjung itu.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI