Sebagian Rakyat Iran Akui Tak Berduka dengan Kematian Presiden Raisi
SinPo.id - Sebagian rakyat Iran mengaku tak berduka dengan kabar meninggalnya Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan jatuhnya helikopter saat perjalanan pulang dari kunjungan ke perbatasan dengan Azerbaijan di barat laut Iran.
Pasalnya, pemerintahan garis keras Raisi telah melakukan banyak tindakan keras terhadap rakyatnya sejak revolusi tahun 1979. Para penentangnya bahkan mengunggah video di internet yang menunjukkan orang-orang membagikan permen untuk merayakan kematiannya.
Laila, seorang mahasiswi berusia 21 tahun di Teheran, mengatakan bahwa dia tidak sedih atas kematian Raisi, mengingat tindakan keras yang dilakukannya terhadap wanita Iran yang mengenakan hijab tidak sesuai dengan aturan.
“Tetapi saya sedih karena bahkan dengan kematian Raisi, rezim ini tidak akan berubah,” katanya. Dilansir dari ABC, Rabu 22 Mei 2024.
Tak hanya itu, di media sosial juga beredar banyak video wanita Iran tanpa hijab menari-nari untuk merayakan kematian Raisi. Bahkan sebagian di antara mereka berusaha menunjukkan kebahagiaan dengan berpesta.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan, ratusan warga Iran telah tewas dalam demonstrasi tahun 2022 hinggaa 2023 yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini dalam tahanan, seorang wanita muda Kurdi Iran yang ditangkap oleh polisi moral karena melanggar aturan berpakaian ketat di negara itu.
Akibat aturan kerasa tersebut, Raisi menjadi sosok yang semakin dibenci, bahkan sejak tahun 1980-an ketika ia disalahkan karena memainkan peran utama sebagai ahli hukum dalam eksekusi para pembangkang.
Menurut Amnesty International, sekitar 5.000 warga Iran, atau mungkin lebih, telah dieksekusi pada dekade pertama setelah revolusi.
Oleh karena itu, banyak warga Iran yang memperkirakan kematian Raisi tidak akan berdampak besar terhadap pemerintahan negaranya, karena pemerintah kemungkinan besar akan menggantikannya dengan tokoh lain yang memiliki pandangan garis keras serupa.