Israel Masuk Makin Dalam ke Rafah, AS Serukan Perlindungan Warga Sipil

Laporan: Khaerul Anam
Senin, 13 Mei 2024 | 23:16 WIB
Anak laki-laki menyaksikan kepulan asap di tengah serangan Israel di timur Rafah di Jalur Gaza selatan pada 13 Mei 2024. (SinPo.id/ AFP)
Anak laki-laki menyaksikan kepulan asap di tengah serangan Israel di timur Rafah di Jalur Gaza selatan pada 13 Mei 2024. (SinPo.id/ AFP)

SinPo.id - Pasukan Israel bergerak maju semakin dalam ke Rafah, kota di bagian selatan Gaza, pada Minggu, 12 Mei 2024. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan ketidakpuasan atas langkah Israel itu dan menegaskan tentang perlunya melindungi warga sipil.

Departemen Luar Negeri AS pada Minggu malam mengatakan bahwa Blinken “menegaskan kembali tentangan AS terhadap operasi darat besar oleh militer di Rafah” sewaktu ia berbicara melalui telepon dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.

Menurut pernyataan itu, Blinken juga menegaskan kembali komitmen AS terhadap “tujuan bersama mengalahkan Hamas” sambil mendesak Gallant agar “membantu mengatasi berbagai tantangan pendistribusian bantuan di dalam Gaza sewaktu Israel memburu target-target Hamas.”

Sekitar 300 ribu dari 1,3 juta orang Palestina yang mengungsi ke Gaza Selatan beberapa bulan silam kini diperintahkan untuk berpindah lagi. Mereka sebelumnya mengungsi atas perintah militer Israel untuk menghindari serangan terhadap militan Hamas di Gaza Utara. Kali ini mereka diperintahkan pindah ke barat laut Rafah, ke area di sepanjang pesisir Laut Tengah Gaza.

Kepala badan HAM PBB, Volker Turk, pada Minggu mengatakan, “Ratusan ribu orang Palestina mengungsi dari Rafah setelah Pasukan Pertahanan Israel memerintahkan evakuasi lebih lanjut dari kota di selatan itu, menyebabkan pengungsian besar-besaran populasi yang telah mengalami trauma luar biasa.”

Turk mempertanyakan di mana orang-orang harus pergi di Gaza, dengan mengatakan di sana “tidak ada tempat yang aman.”

“Saya telah berulang kali menyatakan kekhawatiran mengenai dampak bencana dari kemungkinan ofensif skala penuh di Rafah, termasuk kemungkinan kejahatan kekejian lebih lanjut,” kata Turk. “Saya lihat perintah evakuasi terbaru, apalagi serangan penuh, di daerah dengan kehadiran warga sipil yang pandat, tidak mungkin dapat memenuhi ketentuan yang mengikat mengenai hukum kemanusiaan internasional dan dengan dua rangkaian tindakan sementara yang diperintahkan oleh Mahkamah Internasional.”

Sebelumnya pada Minggu, Blinken mengatakan dalam acara “Meet the Press” di stasiun TV NBC bahwa tidak ada rencana spesifik Israel untuk melindungi warga Palestina atau memberi mereka bantuan kemanusiaan yang memadai.

“Ada hal lain yang penting,” kata Blinken. “Kami juga belum melihat ada rencana mengenai apa yang akan terjadi setelah perang di Gaza ini berakhir. Karena sekarang ini, tampaknya meskipun Israel terus masuk dan mengambil tindakan keras di Rafah, masih akan ada ribuan anggota bersenjata Hamas yang tersisa.”

Diplomat utama AS itu mengatakan, “Kami telah melihat di beberapa area yang telah dibersihkan Israel di bagian utara, bahkan di Khan Younis, Hamas datang kembali.”

“Jadi, arahnya sekarang adalah (Israel) akan masuk Rafah, untuk menghadapi (empat) batalion yang tersisa, terutama dengan ketiadaan rencana bagi warga sipil, risikonya adalah kerugian sangat besar terhadap warga sipil dan tidak memecahkan masalah, masalah yang kami sama-sama ingin pecahkan, yaitu memastikan Hamas tidak dapat kembali berkuasa di Gaza,” kata Blinken.

AS, pemasok senjata utama Israel, telah berulang kali memperingatkan Israel agar tidak melakukan ofensif darat skala penuh ke Rafah tetapi Pasukan Pertahanan Israel terus melanjutkan serangan udara dan serangan darat terbatas.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI