Israel: Ancaman Joe Biden Hentikan Pengiriman Senjata Sangat Mengecewakan

Laporan: Khaerul Anam
Jumat, 10 Mei 2024 | 07:34 WIB
Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan (SinPo.id/AFP)
Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan (SinPo.id/AFP)

SinPo.id - Dua pejabat tinggi Israel mengkritik Presiden AS Joe Biden, Kamis, 9 Mei, karena mengancam akan menghentikan pasokan senjata tertentu ke Israel jika Israel menyerang kota Rafah yang padat penduduk di Gaza.

“Ini adalah pernyataan yang sulit dan sangat mengecewakan untuk didengar dari seorang presiden yang kepadanya kami bersyukur sejak awal perang,” kata Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, di radio publik sebagai reaksi pertama Israel terhadap peringatan Biden.

Israel menentang keberatan internasional dengan mengirimkan tank dan melakukan “serangan dengan target tertentu” di wilayah timur Rafah.

Israel mengatakan bahwa Rafah adalah rumah bagi batalion terakhir Hamas yang tersisa, namun kota di perbatasan dengan Mesir itu juga dipenuhi oleh warga sipil Palestina yang mengungsi.

“Jika mereka masuk ke Rafah, saya tidak akan memasok senjata yang telah digunakan... untuk menghadapi kota-kota tersebut,” kata Biden kepada CNN, dalam peringatannya yang paling keras kepada Israel sejak dimulainya perang.

“Warga sipil terbunuh di Gaza akibat bom tersebut,” kata Biden. "Itu salah."

Erdan mengatakan komentar Biden akan ditafsirkan oleh musuh Israel, Iran, Hamas, dan Hizbullah sebagai “sesuatu yang memberi mereka harapan untuk berhasil”.

“Jika Israel dilarang memasuki wilayah penting dan sentral seperti Rafah di mana terdapat ribuan teroris, sandera, dan pemimpin Hamas, bagaimana tepatnya kita bisa mencapai tujuan kita?,” kata Erdan.

"Ini bukan senjata defensif. Ini tentang serangan bom tertentu. Pada akhirnya Negara Israel harus melakukan apa yang menurutnya perlu dilakukan demi keamanan warganya,” tambahnya.

Menteri Keuangan sayap kanan Israel Bezalel Smotrich mengatakan pemerintahnya akan berusaha mencapai tujuan mereka di Gaza meskipun ada ancaman dari AS.

“Kami akan mencapai kemenangan penuh dalam perang ini meskipun ada penolakan dan embargo senjata dari Presiden Biden,” kata Smotrich dalam sebuah pernyataan.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI