Tiongkok dan Barat.

“Seien wir Deutsche froh, dass wir (lurch höhere Gewalt ausdem Kreise dieser übergreifenden Fremden gestnchen sindwir sind praktisch und ethisch gut dabei gefahren”.

PROF. Dr. HANS DRIESCH dari Universiteit di Leipzig ada salah-satoe philosoof Duitsch jang terkenal di ini waktoe dan jang perna koendjoengin Tiongkok atas oendang[1]an orang Tionghoa; dalem Salinan uitsch dari toean Thung Leang Lee, pembantoe Sin Po di Londen, poenja boekoe “China in Revolt”，Prof. Driesch ada toelis satoe permoelahan kata, jang tertoelis dalem boelan Mei 1927.

Teroetama penting ada ia poenja katerangan jang berharga bahoea ia merasa soekoer jang orang Duitsch soeda kaloear dari kalangan bangsa asing protocol — jang maoe pegang keras hak-hak loear biasa sebab itoe mengoentoengin orang Duitsch dalem pemandangan ethisch dan practisch. Di bawa ini kita moeat salinannja dari ia poenja permoelahan kata setjara ringkes. _ Red.)

Apa jang ada, jalah sikep maoe melawan tingka-lakoe tida karoean dari orang asing, satoe sikep jang moesti dibenerken. Kita-orang Duitsch boleh merasa soekoer jang kita-orang tida masoek teritoeng lagi dalem golongan bangsa asing jang bertingka; jang kita tida teritoeng lagi antara bangsa asing protocol ada satoe kaoentoengan, ka[1]oentoengan boekan sadja dalem pe[1]mandangan practisch, tapi poen da[1]lem pemandangan ethisch.

Doea aliran kaliatan di Tiongkok jang sekarang, jalah aliran national dan sociaal. Pametjahan sebab aliran baroe ka[1]bentrok aliran koeno ida begitoe besar seperti di Barat orang ada kira.

Sebab dasar dalem dari doea-doea[1]nja ada sama, jalah peladjarannja Khongtjoe. Djoega orang-orang jang radical antara kaoem moeda kaliatan moelain menegok kombali ka djoeroesan Khong Tjoe di waktoe jang blakangan.

Peladjarannja Khong Tjoe oen[1]djoek sifat-sifat jang baek dari Kant dan Fichte poenja philosophie. Tiongkok haroes mendjadi satoe bangsa besar jang merdika dan ia aken djadi begitoe! (Disini boleh ditambahken jang djoega satoe philosoof Duitsch -laen, jalah Keyserling, poedji tinggi sekali peladjaran Khong Tjoe maskipoen oendjoek djoega tjatjatnja.

Berbedah dengen ini ada anggepannja Hu Shih, jang anggep peladjaran Khong' Tjoe seperti soeda mati; Hu Shih ingin soepaja orang perhatiken peladjaran-peladjaran dari poedjong gc-poedjonggo Tionghoa laen sebagi Moh Ti oepama, sebab disitoe orang dapetken hal-hal jang bisa disam[1]boeng teroes dengen pikiran Barat. — Ke d.