KONFLIK IRAN ISRAEL

Konflik Iran-Israel, PBNU Desak Veto PBB Jangan Bela Satu Pihak

Laporan: Tio Pirnando
Kamis, 18 April 2024 | 16:11 WIB
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menggelar Halalbihalal dengan staf dan karyawan (SinPo.id/Tio Pirnando)
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menggelar Halalbihalal dengan staf dan karyawan (SinPo.id/Tio Pirnando)

SinPo.id - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya, mendesak Dewan Keamanan PBB tidak menggunakan hak veto untuk membela salah satu pihak yang berkonflik antara Israel dan Iran.

Hal itu disampaikan Gus Yahya menanggapi gempuran Iran memakai drone dan rudal dengan skala besar ke Israel. Serangan Tehran merupakan balasan atas hantaman Israel ke Kedubes Iran di Damaskus yang menewaskan 13 orang, termasuk dua jenderal Iran.

"Kami meminta PBB segera bertindak. Dan kami meminta agar anggota tetap Dewan Keamanan PBB tidak menggunakan veto demi membela salah satu pihak," ujar Gus Yahya di Kantor PBNU, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis, 18 April 2024. 

Adapun pihak yang menggunakan hak veto terkait resolusi gencatan senjata dari PBB adalah Amerika Serikat, sekutu terkuat Israel. 

PBNU juga meminta kedua negara untuk segera melakukan gencatan senjata supaya tidak menimbulkan korban jiwa yang besar. Menurutnya, gencatan senjata itu sebagai sikap NU terhadap keprihatinan bersama atas konflik tersebut.

"NU sama dengan pemerintah RI, menuntut, mendesak gencatan senjata segera, mendesak dihentikannya kekerasan, segera saat ini juga," tuturnya. 

Gus Yahya memandang, konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel, sebenarnya kelanjutan dari pembelaan atas Palestina. 

Serangan 7 Oktober 2023 lalu, akhirnya merembet membuat pihak-pihak lain turut terlibat dalam konflik di Timur Tengah.

"Kita tahu bahwa ini mulainya dari di Gaza antara Israel dengan para pejuang Palestina yang menuntut hak di sana. Karena berkepanjangan, lalu lama-lama ada dari Yaman terlibat, kemudian sekarang Iran terlibat, dan seterusnya," tuturnya.

Gus Yahya menilai, konflik yang tidak dihentikan, berpotensi membuat kelompok-kelompok radikal bermunculan kembali.

"Kalau (konflik) tidak segera dihentikan, ini yang lain pasti akan ikut-ikutan. Misalnya  membuka ruang kemungkinan nanti kelompok-kelompok radikal dan kelompok teroris di Timur Tengah akan bangkit lagi," ujarnya. 

Oleh karena itu, tegas Gus Yahya, tidak ada jalan lain selain menghentikan konflik. Sebab kondisi kemanusiaan sudah di luar batas. Termasuk, Israel harus menghentikan serangan ke Palestina.

"Pokoknya tidak ada jalan untuk mencegah kerusakan lebih besar selain hentikan sekarang juga. Berhenti dulu, sudah, baru kita mulai bicara, tapi berhenti dulu konfliknya, itu yang paling penting," pungkasnya.sinpo

Komentar: