Militer Israel Bangun Perlintasan Baru untuk Bantuan di Gaza Utara
SinPo.id - Militer Israel, Kamis 11 April 2024 mengumumkan apa yang disebutnya sebagai “langkah-langkah baru dan ditingkatkan” untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, termasuk dengan membangun jalur perlintasan darat baru di Gaza Utara.
Juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan dalam sebuah pernyataan melalui video bahwa jalur baru itu akan “memungkinkan lebih banyak bantuan untuk mengalir langsung ke warga sipil di daerah-daerah yang sulit diakses truk.”
Berbagai organisasi kemanusiaan internasional telah mengeluh selama berbulan-bulan mengenai hambatan dalam mengirim bantuan dengan truk ke Gaza. Alasannya adalah karena penundaan oleh militer Israel dan Kurangnya akses yang aman ke daerah-daerah seperti Gaza Utara karena perang yang menghancurkan.
Hagari mengatakan Israel memperkirakan 50 truk per hari akan melewati perlintasan baru, dan bahwa jumlah truk yang mencapai Jalur Gaza setiap hari secara bertahap akan naik dari 350 menjadi sekitar 500.
PBB mengatakan sekitar 500 truk per hari membawa bantuan untuk Gaza sebelum perang Israel-Hamas dimulai pada Oktober lalu.
Orang-orang mengejar konvoi truk bantuan yang melaju ke Gaza dari penyeberangan Rafah, 9 April 2024, dalam tangkapan layar yang diambil dari video. (REUTERS TV/via REUTERS)
Orang-orang mengejar konvoi truk bantuan yang melaju ke Gaza dari penyeberangan Rafah, 9 April 2024, dalam tangkapan layar yang diambil dari video. (REUTERS TV/via REUTERS)
Dalam percakapan telepon hari Rabu dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan AS mengharapkan Israel untuk bertindak cepat dalam komitmennya untuk memfasilitasi lebih banyak bantuan kemanusiaan dan untuk berkoordinasi dengan kelompok-kelompok bantuan guna memastikan serangan maut Israel terhadap konvoi World Central Kitchen tidak terulang lagi.
Departemen Luar Negeri mengatakan Blinken dan Gallant juga membahas pembicaraan yang terus berlangsung mengenai perjanjian gencatan senjata yang akan mencakup pembebasan para sandera yang ditawan Hamas di Gaza.
Israel, Rabu (10/4) mengatakan membunuh tiga anak lelaki pemimpin tertinggi Hamas Ismail Haniyeh dalam serangan udara di Gaza, dengan mengatakan ketiga bersaudara itu adalah anggota sayap bersenjata Hamas.
Empat cucu Haniyeh juga tewas dalam serangan sewaktu Hazem Ameer dan Mohammed Haniyeh sedang berkendara dengan anak-anak itu di dekat kamp pengungsi Shati di Kota Gaza. Shati adalah kampung halaman Ismail Haniyeh.
Haniyeh, yang tinggal dalam pengasingan di Qatar, mendengar kabar itu sewaktu sedang mengunjungi orang-orang Palestina yang cedera yang telah dipindahkan ke sebuah rumah sakit di Doha. Ia mengukuhkan kematian itu dalam wawancara dengan Al Jazeera dan mengatakan, putra-putranya itu “syahid di jalan menuju pembebasan Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa.”
“Musuh kriminal digerakkan oleh semangat pembalasan dendam dan pembunuhan dan tidak menghargai standar hukum apa pun,” kata Haniyeh.
Putra-putranya termasuk di antara tokoh-tokoh penting Hamas yang tewas dalam perang Israel-Hamas di Gaza selama enam bulan ini. Militer Israel menggambarkan ketiga bersaudara itu sebagai komandan sel dan dua agen militer.
Mereka sedang melakukan perjalanan bersama dengan anggota keluarga mereka dalam satu kendaraan dan menjadi target drone Israel, kata Al-Aqsa TV.
“Seluruh orang Gaza telah melakukan pengorbanan besar,” kata pemimpin Hamas itu. “Saya salah satu dari mereka.”
Belum jelas benar bagaimana kematian putra-putra dan cucu Haniyeh mungkin berdampak pada pembicaraan gencatan senjata yang telah berlangsung berbulan-bulan dan diperantarai oleh mediator internasional itu. Namun, Haniyeh mengatakan bahwa Hamas tidak akan menyerah pada tekanan.
“Musuh percaya bahwa dengan menargetkan keluarga para pemimpin, ini akan membuat mereka menghentikan tuntutan rakyat kami,” katanya. “Siapa pun yang percaya bahwa menargetkan putra-putra saya akan mendorong Hamas untuk mengubah posisinya, mereka berkhayal.”
Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah serangan teror Hamas 7 Oktober di Israel yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan penyanderaan sekitar 250 orang. Serangan balasan Israel selanjutnya di Gaza menewaskan lebih dari 33 ribu orang, sekitar dua per tiganya adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. [uh/ab]