Ruh Pancasila Ada Dari Ajaran Islam, Bukan Dari Puisi Untuk Membentuk Politik Identitas

Supma Setiaji - Kader Muda Partai Gerindra
Selasa, 03 April 2018 | 13:50 WIB
Sukmawati Soekarnoputri
Sukmawati Soekarnoputri

Jakarta, sinpo.id - Puisi IBU INDONESIA yang dibuat dan dibacakan sendiri oleh Ibu Sukmawati Soekarnoputri dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018, menjadi kontroversi. Banyak yang menganggap sebagai provokasi berbau Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA). Putri Proklamator Bung Karno itu pun diingatkan oleh berbagai kalangan untuk tidak memperkeruh situasi yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan.

Menguatkan politik identitas pada negara yang berbhineka seperti Indonesia ini bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, karena semakin lebarnya perbedaan yang di bentuk semakin tajam pula konflik yang bisa timbul, sehingga berpotensi menimbulkan perpecahan dalam kehidupan bernegara
Maka wajarlah jika banyak kalangan mengingatkan agar para elite menjaga perkataan dan tutur kata  dalam perbedaan – perbedaan yang ada. Terlebih khusus mempertajam perbedaan dalam keyakinan beragama.

Fadli Zon Wakil Ketua DPR RI mengingatkan “Perbedaan tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk menyudutkan sesama anak bangsa. Pernyataan atau apapun yang berbau SARA berpotensi memecah belah keutuhan”. "Apalagi yang sensitif seperti persoalan agama, suku dan sebagainya. Itu kan sangat sensitif."

Ditegaskan Fadli Zon yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, sebaiknya hal yang berpotensi memecah-belah bangsa dihindari. Terlebih para pendiri bangsa sudah sepakat dengan Pancasila yang mengakui Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana sila pertama.

"Mengangkat yang seperti itu kan akan menimbulkan satu kegaduhan baru. Apalagi menyangkut syariat Islam. Ini membuka suatu wacana baru atau apa. Kan umat Islam di Indonesia sendiri sudah jelas setuju. Tokoh-tokoh Umat Islam yang dulu Panitia Sembilan yang ikut merumuskan Pancasila itu sudah setuju," ujar Fadli.

Sementara  Wasekjend PPP Achmad Baidhowi mengatakan “Puisi tersebut tidak sepantasnya membanding-bandingkan antara agama dengan kebudayaan. Karena agama dan budaya merupakan sesuatu yang tidak pantas dipertentangkan”.

Kita ketahui bersama, Kebudayaan dan Agama tidak sepatutnya di pertentangkan, banyak Contoh akulturasi budaya dengan islam terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia, salah satunya erlihat dari terbentuknya pondok2 pesantren, bangunan masjid tua dsb.

Puisi adalah sebuah kaya seni yang bisa di nikmati oleh pendengarnya, sebuah karya yang bagus itu menjadi tidak baik maknanya ketika kebudayaan dibenturkan dengan keyakinan agama tertentu. Konde dibandingkan dengan cadar, apalagi suara azan dibanding suatu budaya seperti kidung.

Kembali kepada puisi tersebut di atas, pancasila dirumuskan dari sendi-sendi ajaran Islam. Oleh para pendiri negara ini diplot sebagai konsep bernegara dengan tidak memaksakan Islam sebagai dasar negara ( Syariat Islam ). Kenapa diposisikan seperti itu? Karena para founding father negara ini termasuk Bung Karno sangat toleran dan sangat ingin agar kita bangsa Indonesia yang beraneka ragam ini ada dalam satu kesatuan kerangka sebuah negara.

Jadi, tanpa harus mengorbankan ajaran Islam sedikitpun, dan tanpa memaksakan ajaran islam sebagai agama mayoritas di negri ini menjadi syariat islam sebagai ideologi di negara ini, disusunlah konsep toleransi dan demokrasi dalam sebuah kehidupan bernegara yang kita kenal sebagai Pancasila.

Jadi sifat toleransi umat Islam itu sudah ada sejak dahulu kala, jauh sebelum negara ini ada. Sifat toleransi itu sudah sejak dulu sudah di setejui oleh mayoritas Umat Islam Indonesia. Tidak ada sedikit pun pikiran dan upaya dari kaum mayoritas untuk menyingkirkan kaum minoritas dari negeri ini. Mayoritas muslim Indonesia ingin terus hidup tentram berdampingan penuh damai dengan semua kalangan. Seperti paa yang di cita-citakan para pendiri bangsa ini. Kenapa di buat jurang perbedaan yang begitu lebar antara mayoritas dan minoritas di negri ini? Kenapa dibuat terkotak2an? kenapa mau saja di kotak2an?

Jadi, hanya ingin bertanya. Kenapa belakangan ini banyak orang yang berusaha membenturkan Pancasila dan Islam ? Untuk apa? Apa tujuannya? Bukankah jika merunut kepada histori negara ini berdiri, ideologi Pancasila terlalu Islami ( beragama ) dan terlalu toleran ( bagi pemeluk agama yang ada )?.

Bukankah dahulu kala pernah ada yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi tertentu dengan cara membenci dan menyudutkan islam terlebih dahulu?.

Kami rindu keadaan aman tentram seperti saat itu, saat pancasila dijadikan pendidikan dasar moral dalam sekolah, saat pancasila dijadikan pedoman, penghayatan, pengamalan dalam diri anak – anak masa depan bangsa, saat masyarakat berkumpul dan bergotong royong dalam sebuah kegiatan lingkungan, saat masyarakat saling tegur sapa dan tidak terhalang oleh tembok2 tinggi rumah tetangga tanpa melihat perbedaan yang ada, saat tidak ada oknum2 yang membicarakan SARA dan mencampuri keyakinan orang lain. Saat2 indah itu yang kami rindukan, kami memikirkan bagaimana anak cucu kami kedepan? Apakah masih ada Indonesia yang berbhineka itu nanti?.

 

BERITALAINNYA
BERITATERKINI