Kemenkes Soroti Obesitas pada Anak, Akar Masalah Bersumber pada Keluarga

Laporan: Tim Redaksi
Kamis, 07 Maret 2024 | 17:49 WIB
Ilustrasi obesitas. (Foto/Freepik)
Ilustrasi obesitas. (Foto/Freepik)

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono, mengingatkan bahayanya obesitas bagi anak-anak. 

Meski terkesan menggemaskan, anak yang mengalami obesitas memiliki risiko terkena penyakit yang berkaitan dengan jantung koroner, stroke, dan pembuluh darah. 

“Jadi, kalau kita membiarkan anak-anak itu tetap gemuk, maka kita menyimpan tabungan anak tersebut untuk menjadi penyakit jantung dan pembuluh darah di masa yang akan datang,” kata Dante saat Peringatan Hari Obesitas Sedunia Tahun 2024 di Jakarta, dikutip Kamis 7 Maret 2024.

Dante berujar, akar permasalahan obesitas pada anak bersumber dari keluarga. Sebab, orang tua yang gemuk juga akan membuat anaknya gemuk karena mengikuti pola hidup yang sama. 

Maka dari itu, Dante menegaskan bahwa obestitas pada anak dapat ditanggulangi dengan menerapkan pola hidup sehat di dalam keluarga.

"Kementerian Kesehatan telah memiliki pedoman gizi seimbang Isi Piringku, yang menyarankan konsumsi lebih banyak makanan berkandungan protein dibandingkan karbohidrat dalam satu piring sekali makan," ujar Dante.

"Anak-anak memerlukan banyak protein untuk tumbuh kembangnya dan bukan dengan memperbanyak karbohidrat. Karbohidrat tetap penting untuk energi, tetapi kita batasi, kita gunakan untuk mencegah supaya anak-anak tidak gemuk,” tambahnya.

Menurut Riset Kesehatan Dasar, lanjut Dante, satu dari tiga masyarakat di Indonesia mengalami obesitas. Selain itu, satu dari lima anak-anak di Indonesia mengalami kelebihan berat badan. 

Bahkan, persentase obesitas terus meningkat dalam satu dekade terakhir, yakni dari 8 persen pada 2007 menjadi 21,8 persen pada 2018. Hal ini hampir terjadi di semua negara berkembang karena adanya perubahan pendapatan yang lebih baik.

“Pendapatan mereka mulai naik, makanan mereka mulai berubah dan sebagainya sehingga angka obesitas di daerah tersebut menjadi lebih tinggi,“ ucap Dante.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti menungkapkan, salah satu tantangan dalam pencegahan dan pengendalian obesitas adalah akses teknologi dan fasilitas yang customer-oriented seperti layanan pesan makan online dan ojek online sehingga membuat masyarakat kurang melakukan aktivitas fisik.

“Terjadinya gaya hidup yang mager (malas gerak) atau sedentary lifestyle, juga meningkatnya lingkungan obesogenik, yaitu makanan yang tinggi kadar gula dan lemak serta tanpa memperhatikan nilai kalori,” kata Eva. 

Lebih lanjut, Eva berharap masyarakat mau meningkatkan pengetahuan dan kesadaran serta kepedulian terhadap obesitas dengan melakukan deteksi sedini secara teratur di posbindu maupun fasyankes.

“Obesitas sangat mungkin dicegah dengan menerapkan perilaku hidup sehat. Pencegahan terhadap faktor risiko yang memerlukan komitmen setiap individu untuk bisa bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya,” ujar Eva.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI