Ternyata Negara-Negara Ini Juga Bangun Infrastruktur dari Utang

Laporan:
Rabu, 21 Maret 2018 | 16:14 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jakarta, sinpo.id - Ternyata tak hanya Indonesia yang memanfaatkan dana segar dari pinjaman untuk membangun sejumlah proyek infrastruktur. Negara-negara berkembang juga melakukan hal yang sama.

Berdasarkan Peneliti di Institute dor Fevelopment of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman negara-negara yang mengandalkan utang untuk membangun infrastruktur adalah Angola, Zimbabwe, Nigeria, Sri Lanka, Korea Selatan, Jepang, dan China.

Akan tetapi, tidak semua negara berhasil membangun infrastruktur melalui utang dengan lancar. Malah ada beberapa negara yang malah jatuh bangkrut akibatnya.

"Jadi ada bad story dan success story, yang bad story itu Angola, Zimbabwe, Nigeria, Pakistan dan Sri Lanka," kata Rizal di Kantor Indef, Jakarta, Rabu (21/3/2018).

Dia menceritkan Zimbabwe akibat utang sebesar 40 juta dollar AS kepada China karena tidak bisa membayar akhirnya harus mengikuti keinginan negeri tirai bambu tersebut dengan mengganti mata uangnnya menjadi yuan sebagai imbalan penghapusan utang. Hal itu berlaku sejak 1 Januari 2016 setelah tidak mampu membayar utang jatuh tempo pada akhir Desember 2015.

Untuk Sri Lanka juga sama kondisinya tidak mampu membayar utang yang akhirnya pemerintahannya melepas Pelabuhan Hambatota sebesar Rp 1,1 triliun atau 70 persen sahamnya dijual kepada BUMN China.

"Bahkan Srilanka tidak bisa membayar utang, diberikan pelabuhan untuk membayar utangnya, begitu juga dengan Pakistan, sama seperti Sri Lanka," kata dia.

Meski demikian, Rizal mengungkapkan ada juga cerita sukses dari negara-negara yang mengandalkan utang untuk membangun infrastruktur. Diantaranya adalah Korea Selatan, China, dan Jepang.

Suksesnya negara tersebut, kata Rizal, membangun infrastruktur yang berasal dari utang langsung kepada sektor yang memberikan nilai tambah, sehingga produktivitas dari industrinya meningkat dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian.

Dia mencontohkan seperti Korea Selatan mendapat bantuan keuangan dari Amerika Serikat. Bantuan atau utang tersebut digunakan secara produktif untuk membangun SDM dan industrinya.

"Mereka alokasi untuk infra sektor yang bisa mendorong nilai tambah, itulah produktif, kalau kita infra dibangun tidak mendorong produktivitas, sehingga output dan daya saing produk itu tidak tumbuh," tutup dia.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI