Pakar Unwahas: Metode Praktek Organik Berkelanjutan Solusi Terbaik Ketahanan Pangan

Laporan: Bayu Primanda
Sabtu, 11 November 2023 | 15:19 WIB
Presiden Joko Widodo mengunjungi Desa Ciasem, Subang, Jabar (Sinpo.id/Setkab)
Presiden Joko Widodo mengunjungi Desa Ciasem, Subang, Jabar (Sinpo.id/Setkab)

SinPo.id -  Saat Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan lapangan yang fokus pada ketahanan pangan di Desa Ciasem Girang, Ciasem, Subang, Jawa Barat, perlu dicatat bahwa isu ketahanan pangan bukan hanya menjadi sorotan ketika harga pangan melonjak atau sebagai alat politik semata.

Pasalnya, ketahanan pangan adalah isu yang sangat nyata yang memerlukan perhatian serius.

Dosen Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Dr. Nugroho Widiasmadi mengutip laporan dari Global Food Security Index (GFSI) tahun 2022, bahqa ketahanan pangan Indonesia baru mencapai 60,2, kalah dari beberapa negara tetangga.

"Masalah utama adalah ketersediaan pasokan dan kualitas nutrisi," kata Nugroho dalam keterangannya, Sabtu, 11 November 2023.

Dikatakan Nugroho, lonjakan impor beras tahun ini yang mencapai 3,5 juta ton menunjukkan bahwa ketahanan pangan harus dibangun di atas fondasi yang lebih kuat.

"Ketergantungan pada impor pangan, terutama dari beberapa negara sumber impor, membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga dan perubahan iklim seperti El Nino," kata dia.

Demi menghindari situasi yang terus berulang, Indonesia harus memfokuskan upaya pada pembangunan ketahanan pangan yang berbasis kemandirian.

"Ini mencakup mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan kemampuan produksi pangan dalam negeri yang beragam," kata dia.

Peraih Kalpataru 2023 ini juga memberi solusi dengan penggantian metode kimia konvensional ke bahan yang lebih ramah lingkungan.

"Ini adalah langkah menuju pertanian yang berkelanjutan, menggantikan metode kimia konvensional dengan praktek organik yang berkelanjutan," kata dia.

Menurutnya, hal penting dilakukan karena kemajuan teknologi pertanian ini tidak hanya meningkatkan produktivitas semata.

"Tapi juga mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya dan mendukung pertanian yang lebih ramah lingkungan tetapi juga tahan hadapi iklim ekstrim pada El Nino dan La Nina baik kekeringan dan hujan badai serta banjir, karena dinding selnya lebih tebal," tegas dia.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) kembali berencana membuat lahan rawa menjadi sawah. Langkah ini dilakukan untuk menggenjot produksi di dalam negeri.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut ada sekitar 1,5 juta hektare lahan rawa baik rawa mineral maupun rawa tadah hujan yang bisa digarap untuk meningkatkan indeks pertanaman

"Kita rencanakan akselerasi, ada potensi besar di Indonesia yakni lahan yang bisa digarap, kurang lebih 1,5 juta hektare dan kita fokus garap dulu meningkatkan indeks pertanaman (IP) lebih mudah," kata Amran saat ditemui wartawan di Kantor Kementan Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023.

Amran menargetkan, dengan rencana tersebut nantinya lahan rawa yang IP hanya 1 menjadi 2, dan yang sebelumnya 0 menjadi 2.

"Rawa ini dijadikan lahan yang IP nya 1 jadi 2, 0 jadi 2. Ini target kita," ujarnya.

"Kalau ini kita lakukan InsyaAllah pertanian kita beres," lanjutnya.sinpo

Komentar: