Presiden Jokowi Usulkan Perry Warjiyo, Sejumlah Tantangan dan Sinyal Keberlanjutan Kebijakan Moneter

Laporan:
Senin, 26 Februari 2018 | 15:51 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jakarta, sinpo.id - Presiden Joko Widodo telah merekomendasikan Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia menggantikan Agus Martowardojo. Jika tak ada aral melintang, Perry akan melakukan uji kelayakan dan kepatutan di DPR bulan depan.

Sebelumnya Perry menjadi Deputi Gubernur Bank Indonesia sejak April 2013. Dengan keahlian riset ekonomi dan kebijakan moneter, sekaligus isu internasional, Perry juga dua tahun menjabat Direktur Eksekutif di Dana Moneter Internasional (IMF) mewakili ASEAN.

Dipilihnya Perry untuk menduduki kursi Gubernur BI bisa dibilang merupakan sebuah sinyal dari keberlanjutan kebijakan moneter yang telah digenjot dalam dua tahun terakhir. Kebijakan ini merupakan respon ketidakpastian akselerasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan peningkatan gejolak di pasar mata uang dan obligasi emerging market.

Perubahan di pucuk pimpinan Bank Indonesia ini terjadi di saat bank sentral di berbagai negara mulai menarik stimulus moneter. Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), melanjutkan moneter ketat untuk tahun ketiga dan bahkan bisa terus berlanjut untuk 2018, sehingga menciptakan risiko-risiko baru bagi emerging market. Rupiah anjlok ke posisi terendah 20 bulan pada pekan ini terhadap dollar AS. Sementara imbal hasil obligasi 10 tahun yang menjadi acua naik ke level tertinggi lebih dari tiga bulan.

Sejumlah tantangan menanti Perry, antara lain menjinakkan harga pangan selama pilkada serentak tahun ini dan gejolak pasar mata uang yang membuat rupiah menjadi mata uang berkinerja terburuk di Asia pada Februari ini. Seperti diketahui, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan delapan kali sejak awal 2016, demi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan tetap tak jauh dari 5 persen, jauh dari keyakinan Jokowi saat kampanye 2014 akan membawa ekonomi tumbuh 7 persen.

Adapun sampai saat ini Perry belum bersedia memberikan komentarnya mengenai pencalonan dirinya sebagai Gubernur BI. Namun, pada pertengahan bulan ini ia menyatakan Bank Indonesia terus memonitor ketidakpastian di pasar keuangan, juga dampak dari kebijakan suku bunga The Fed.

"Kami pikir akomodasi kebijakan moneter yang kami lakukan sejauh ini cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," ungkapnya di Kantor Bank Indonesia.

Indonesia hanya mencatat pertumbuhan 5,1 persen pada 2017 dan pemerintah berharap tahun ini bisa mencapai 5,4 persen. Inflasi tahunan diperkirakan tetap dalam rentang target 2,5-4,5 persen. Indeks harga konsumen turun 3,25 persen pada Januari 2018, terendah dalam setahun, mendukung Bank Indonesia menahan suku bunga tetap di 4,25 persen.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI