Aboe Bakar Alhabsyi: Narkoba Sudah Menjadi Proxy War

Laporan:
Senin, 26 Februari 2018 | 13:06 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jakarta, sinpo.id - Pengungkapan jaringan narkoba internasional dalam beberapa pekan terakhir menunjukan Indonesia telah menjadi pangsa besar bagi peredaran barang haram tersebut. Bayangkan, dalam sekitar sebulan terakhir sudah ada percobaan penyelundupan total sekitar 5 ton narkoba senilai Rp 10 triliun masuk ke Indonesia.

Anggota Komisi III DPR RI, Aboe Bakar Alhabsyi mengatakan, penyelundupan narkoba ini bisa dilihat sudah seperti menjadi proxy war. Ada yang ingin menghancurkan atau memutus generasi yang dimiliki bangsa.

"Dilihat dari strategi pertahanan, bisa jadi ini semacam proxy war. Ada yang ingin menghancurkan Indonesia tanpa mengirim tentara. Tapi yang dikirim sabu supaya warga kita teler semua," ungkapnya melalui keterangan tertulis, Senin (26/2/2018).

Penggunaan narkoba sebagai proxy dalam peperangan bukanlah hal baru. Dahulu cara ini pernah digunakan Inggris saat menaklukan China. Strategi ini dianggap cukup sukses, dengan perang candu akhirnya China bisa jatuh ke tangan Inggris.

Jangan lupa, Inggris merebut Pulau Hong Kong setelah mengalahkan Cina dalam perang candu pertama. Setelah perang candu kedua, Beijing dipaksa menyerahkan Kowloon, kawasan di seberang Hong Kong.

Tentunya hal ini merupakan peringatan keras untuk bangsa ini. terlebih, menurut Aboe Bakar, ada informasi lain yang mengatakan bahwa masih ada 600 ton bahan sabu kualitas tinggi. Tentunya ini akan menjadi ancaman lanjutan untuk Indonesia. Karenanya aparat penegak hukum harus bekerja lebih keras lagi untuk menghalau masuknya barang haram tersebut ke Indonesia.

"Oleh karenanya kerja sama antar lembaga harus ditingkatkan. Selain itu tukar informasi intelejen juga harus ditingkatkan. Hal ini untuk menumbuhkan kewaspadaan teritorial kita," tegasnya.

Adapun baru-baru ini aparat keamanan berhasil menggagalkan percobaan penyelundupan sabu yang dikirim melalui kapal laut yang tengah memasuki wilayah perairan Indonesia.

Tangkapan pertama 1 ton di Batam. Tangkapan kedua 1,6 ton pekan lalu juga di Batam dan ketiga kemarin sekitar 3 ton juga di perairan yang sama, yakni Batam Kepri.

"Kalau barang ini beredar bisa membuat teler 30 jutaan orang. Tentunya akan sangat membahayakan negara kita," pungkas Aboe Bakar

BERITALAINNYA
BERITATERKINI