Sidang Majelis Umum PBB, Menlu Minta Solusi Politik untuk Masyarakat Rohingya

Laporan: Galuh Ratnatika
Jumat, 22 September 2023 | 20:39 WIB
Menlu Retno Marsudi di sidang Majelis Umum PBB ke-78 (SinPo.id/ Dok. Kemlu)
Menlu Retno Marsudi di sidang Majelis Umum PBB ke-78 (SinPo.id/ Dok. Kemlu)

SinPo.id - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, meminta negara-negara internasional untuk lebih memperhatikan nasib masyarakat Rohingya dan kondisi domestik Myanmar yang sangat memprihatinkan.

Hal itu ia sampaikan dalam pertemuan Side Event mengenai Rohingya bertajuk "Have they Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar" di sela-sela High Level Week Sidang Majelis Umum PBB ke-78.

“Nasib masyarakat Rohingya masih belum jelas. Situasi global dan kondisi domestik di Myanmar membuat isu ini semakin kompleks dan sulit. Komitmen politik yang kuat untuk menyelesaikan isu ini adalah niscaya," kata Retno, dikutip Jumat 22 September 2023.

Menurutnya, ada dua hal yang perlu dilakukan untuk membantu para pengungsi Rohingya. Pertama, mendorong adanya solusi politik. Pasalnya, Penyelesaian masalah Rohingya harus menjadi bagian integral yang tak terpisahkan dari solusi krisis politik di Myanmar. 

“Isu Rohingya adalah isu kemanusiaan, tapi sangat politis. Oleh karenanya, satu- satunya jalan keluar untuk Rohingya ini adalah melalui solusi politik," ungkapnya.

Kedua, memastikan tersedianya bantuan kemanusiaan. Karena secara umum, rakyat Myanmar memerlukan bantuan kemanusiaan, namun bantuan untuk Rohingya paling dibutuhkan.

“Saat ini lebih dari 1 juta masyarakat Rohingya terlantar dan menjadi pengungsi, sementara mereka yang tinggal di wilayah Rakhine juga menghadapi situasi yang sangat sulit. Mereka rentan menjadi korban kejahatan terorganisir," jelasnya.

Oleh karena itu, kata Menlu, dukungan dari dunia internasional perlu terus diperkuat. Bahkan ia juga meyakinkan bahwa ASEAN akan terus membantu Rohingya dan ASEAN tidak akan pernah melupakan Rohingya.

“Saat ini, masyarakat Rohingya menangis dalam senyap. Hanya karena kita tidak bisa mendengar tangisan mereka, kita tidak boleh tinggal diam," tegasnya.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI