Bentrok Pulau Rempang, DPR Minta Kapolri Evaluasi Anggotanya

Laporan: Tri Setyo Nugroho
Minggu, 10 September 2023 | 16:50 WIB
Anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil (SinPo.id/ Ashar)
Anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil (SinPo.id/ Ashar)

SinPo.id - Anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil angkat bicara soal konflik antara kepolisian dengan masyarakat adat yang terjadi di Pulau Rempang, Kepulauan Riau. Dia mengingatkan tugas polisi mengamankan dan melindungi masyarakat, bukan melakukan hal sebaliknya.

"Oleh karenanya kami meminta aparat untuk melindungi rakyat. Jadi polisi wajib melindungi rakyat," tegas Nasir dikutip dari Parlementaria, Minggu, 10 September 2023.

Nasir meminta Kapolri Jendral Listyo Sigit untuk mengevaluasi anggotanya dalam proses penanganan pembebasan lahan di Pulau Rempang. Dirinya menyoroti kinerja kepolisian yang kurang hati-hati, terutama saat berhadapan dengan masyarakat adat yang akan dibebaskan lahannya di Pulau Rempang untuk proyek startegis nasional (PSN) tersebut.

"Masyarakat adat istilahnya punya tempat dalam struktur sosial dalam desa bahkan nasional. Kita sangat menyayangkan peristiwa itu. Seandainya langkah preventif dan mendeteksi pencegahan lebih awal dilakukan," katanya.

Politisi PKS ini juga menyayangkan tindakan aparat kepolisian yang tidak mengedepankan tindakan persuasif. Sehingga harus berujung pada penembakan gas air mata.

"Seandainya langkah mendeteksi ini dan pencegahan bisa dilakukan dan tidak akan terjadi. Semuanya berjalan dengan damai. Kami sangat sayangkan peristiwa ini terjadi. Apalagi kalau ada penembakan di masyarakat," kata dia.

Lebih jauh Nasir juga meminta Presiden Joko Widodo untuk ikut turun tangan dan menyelesaikan semua permasalahan konflik agraria yang ada di Indonesia. Dia menilai permasalahan di Pulau Rempang juga imbas dari konflik agraria yang diharapkan dapat selesai sebelum masa jabatan Jokowi sebagai Presiden selesai. 

"Ini harus segera diselesaikan tenggat waktu 2024. Karena sebaiknya konflik pertanahan harus segera diselesaikan. Kalau tidak ini akan menjadi api dalam sekam dan akan menjadi beban bagi Presiden berikutnya," jelasnya. 

Diketahui, terjadi konflik antara kepolisian dengan masyarakat adat di 16 kampung adat di Pulau Rempang dan Pulau Galang, Kepulauan Riau. Mereka terancam tergusur oleh pembangunan proyek strategis nasional bernama Rempang Eco City.

Kejadian bermula ketika beredar kabar di antara warga Rempang pada Rabu, 6 September 2023, saat Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) beserta pihak berwenang akan memaksa masuk ke Rempang untuk melakukan pengukuran.

Pada Kamis, 7 September 2023 pukul 09:51 WIB, warga melihat ratusan aparat gabungan yang terdiri dari Satpol PP, Polisi, TNI, dan Ditpam Batam membentuk barisan di depan Jembatan 4 Balerang. Aparat gabungan kemudian bergerak ke arah warga yang berdiri di ujung jembatan. Kapolresta Balerang Kombes Pol Nugroho dengan pengeras suara meminta warga untuk mundur.

Ketika aparat mulai merangsek masuk ke kampung, terjadi lemparan batu dari arah warga. Aparat membalasnya dengan menyiramkan air dan menembakkan gas air mata. Gas air mata dilaporkan masuk ke kawasan sekolah, yaitu SMP 33 Galang dan SD 24 Galang.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI