Alasan Budiman Pilih Prabowo: He Is The Man Of Idea

Laporan: Juven Martua Sitompul
Rabu, 06 September 2023 | 17:57 WIB
Mantan politikus PDIP Budiman Sudjatmiko (SinPo.id/ Ashar)
Mantan politikus PDIP Budiman Sudjatmiko (SinPo.id/ Ashar)

SinPo.id - Mantan politikus PDI Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko mengungkap alasannya melabuhkan dukungan untuk calon presiden (capres) Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Salah satunya, Prabowo merupakan sosok yang kaya dengan gagasan.

Penilaian ini muncul usai mantan aktivis 98 itu bertemu Prabowo pertama kali pada 2002. Dari pertemuan itu, disimpulkan jika Prabowo yang sebagai sosok pemimpin yang punya segudang wawasan.

"Saya pertama kali bertemu Pak Prabowo tahun 2002 ketika dia baru pulang dari Jordan, terakhir bertemu di Semarang tahun 18 Agustus. Saya berani mengatakan he is the man of idea," kata Budiman dalam diskusi bertajuk 'Kenapa Aktivis Dukung Prabowo?' di rumah pemenangan relawan Prabowo, Menteng, Jakarta, Rabu, 6 September 2023.

Menurut dia, banyak orang terjun ke politik bermodalkan kehendak untuk berkuasa. Padahal, kata Budiman, seseorang yang nyemplung ke politik harus punya ide membawa bangsa dan negara lebih baik.

"Banyak orang terjun politik modalnya hanya kehendak berkuasa. Mereka tidak punya alasannya, aku terjun politik, enggak pernah dijelaskan. Kenapa sih alasan orang terjun ke politik, menurut saya dia harus punya ide dong," kata dia.

Budiman juga menyebut Prabowo sebagai sosok intelektual. Dia menyoroti wawasan literasi Prabowo di tengah latar belakangnya sebagai seorang militer pada rezim Orde Baru.

"Bahkan saya berani katakan dan ini belum pernah diketahui orang, sebenarnya dia sosok intelektual yang pernah berseragam militer. Saya paham betapa sunyinya pada saat itu, betapa lonely-nya beliau, tentara, besar di era Orde Baru, suka baca. Itu siksaan," ujar Budiman.

Budiman menambahkan modal wawasan tersebut menjadi modal bagi Prabowo sebagai seorang calon pemimpin di Indonesia. Budiman menyebut Prabowo sebagai tokoh intelektual di balik seragam militer.

"Tapi seseorang intelektual dalam tubuh tentara dan besar di era Orde Baru, itu kesunyian luar biasa. Ketika saya bertemu pertama kali 2002 sampai terakhir saya berani katakan ada satu yang orang belum banyak tahu, dia sosok intelektual dengan seragam militer pada masanya," tegas Budiman.

BERITALAINNYA
BERITATERKINI