Gelombang Panas Ekstrem Akibat Krisis Iklim Telah Membuat Bencana di AS
SinPo.id - Sepertiga penduduk Ametika Serikat (AS) saat ini berada dalam peringatan gelombang panas ekstrem yang telah menimbulkan rentetan bencana seperti badai, banjir, kebakaran, dan polusi asap yang menyebar akibat dari kebakaran hutan.
Belasan bencana tercatat di sejumlah negara bagian AS, dengan kerugian hingga jutaan dolar. Bahkan para ilmuwan memperingatkan hal yang lebih buruk akan terjadi di masa depan, apabila krisis iklim terus berlanjut.
Tahun ini, wilayah Phoenix, Arizona, dilanda oleh gelombang panas dengan suhu yang mencapai 43 derajat celcius (110F) selama 31 hari berturut-turut. Membuat pusat spesialis luka bakar di negara bagian itu dipenuhi orang-orang yang mengalami luka bakar hanya karena terjatuh ke tanah yang panas.
Bahkan kaktus saguaro di Arizonq, yang merupakan simbol Amerika Serikat bagian barat, mulai hancur di tengah cuaca yang sangat panas, dan hal serupa juga terjadi di negara-negara bagian seperti Wisconsin, Colorado dan Iowa, dimana sekolah-sekolah terpaksa ditutup.
Kemudian di Miami, suhu panas mencapai lebih dari 37 derajat celcius (100F). Cuaca panas tersebut telah mengubah air laut menjadi kolam air panas, dan menimbulkan kekhawatiran akan terumbu karang Florida yang kemungkinan dapat berubah menjadi bubur.
Lalu pada bulan Juni, asap dari kebakaran hutan di Kanada, mengepul ke selatan, menutupi New York dan Washington DC dalam kabut berwarna oker yang menyebabkan kualitas udara memburuk, jarak pandang menyusut, hingga meningkatnya penderita asma.
Di Juneau, Alaska, gelombang panas telah membuat gletser mencair, dan menyebabkan aliran air yang deras menyapu bangunan. Sementara di ibu kota negara bagian Vermont, Montpelier, juga berubah menjadi kolam renang raksasa setelah bencana banjir pada bulan Juli.
Di California, badai Hilary melanda sejumlah wilayah hingga menyebabkan curah hujan yang tinggi di Los Angeles. Selain mengakibatkan banjir, badai Hilary juga memicu terjadinya tanah longsor.
Dan belum lama ini, Maui Hawaii juga dilanda kebakaran hutan yang menewaskan sedikitnya 106 orang, serta memaksa puluhan ribu orang, termasuk para turis mengungsi, lantaran kebakaran hebat telah menghancurkan kota, serta resor bersejarah Lahaina.
“Ini merupakan musim panas yang mengejutkan. Kami tahu sebagian besar hal ini terjadi karena pemanasan jangka panjang pada sistem iklim," kata Daniel Swain, ilmuwan iklim di UCLA, dilansir dari The Guardian, Minggi 27 Agustus 2023.
Meski demikian, para ahli mengatakan gelombang panas tidak hanya disebabkan oleh pemanasan global akibat pembakaran bahan bakar fosil. Tetapi juga oleh terjadinya El Niño, suatu peristiwa iklim berkala yang memanaskan sebagian Samudera Pasifik, sehingga menyebabkan suhu meningkat di seluruh dunia.
“Kita telah melihat musim panas yang tidak biasa dan musim panas yang ‘tidak biasa’ ini akan semakin sering terjadi di masa depan,” kata Katharine Hayhoe, ilmuwan iklim di Nature Conservancy.